by

Frank Soo, Pemain Pertama Berdarah Asia di Sejarah Sepak Bola Nasional Inggris

Pada tanggal 9 Mei 1942 silam, lebih dari 30 ribu orang menyesaki Stadion Ninian Park di ibu kota Wales, Cardiff, untuk menonton pertandingan Wales vs Inggris. Laga ini seolah menjadi hiburan untuk para penggemar, karena di tengah situasi dunia yang sedang carut marut kala itu. 

Di skuat Inggris, terdapat seorang pemain bernama Frank Soo, yang pada hari itu, mencatat sejarah sebagai pemain non-kulit putih pertama dan keturunan Asia pertama yang bermain untuk The Three Lions. Hingga tahun 2022, atau 80 tahun kemudian, dia bahkan menjadi satu-satunya pemain keturunan Asia yang pernah berseragam tim nasional Inggris. 

Usianya menginjak 28 tahun ketika dia memantapkan dirinya sebagai pemain keturunan Tiongkok pertama yang bermain di kompetisi liga sepak bola Inggris. Dari tahun 1933 hingga 1948 dengan membela Stoke City, Leicester City dan Luton Town, total sudah 265 pertandingan dimainkan olehnya. 

Sejak debutnya pada 9 Mei 1942, Soo kemudian masih memainkan delapan caps lagi untuk Inggris dalam kurun waktu tiga tahun ke depan. Tapi, semua caps yang dia catat dimainkan selama masa perang dunia, jadi dianggap tidak resmi, yang membuatnya belum pernah mencicipi laga kompetitif bersama Inggris. Yang membuat nama Soo cukup populer ketika masih bermain, tapi setelah pensiun, namanya seolah menguap begitu saja, alias terlupakan. 

“Dia merupakan salah satu tokoh penting dalam sejarah sepak bola abad ke-20. Selama hidupnya, dia setara dengan Stanley Matthews, Tommy Lawton, Billy Wright, Joe Mercer dan Stan Mortensen, dan siapa pun yang tahu tentang sepak bola di era-era masa perang dunia. Soo adalah salah satu legenda seperti mereka,” ucap Susan Gardiner, dalam buku biografi Soo, berjudul ‘The Wanderer’.

Frank Soo, Si Tukang Senyum

frank soo
Pemain keturunan Asia pertama yang membela Timnas Inggris sepanjang sejarah.

Frank Soo merupakan putra dari pasangan Quan Soo, pelaut Tiongkok yang menikahi gadis lokal Lancashire, Inggris, bernama Beatrice. Soo lahir di desa Fairfield, Derbyshire, pada Maret 1914. Dia memiliki enam saudara kandung lainnya, lima laki-laki dan satu perempuan. 

Ketika usianya enam tahun, keluarga campuran ini pindah ke Liverpool. Soo yang masih amat kecil, memang lebih sering bermain di luar rumah dengan bola di kakinya. Di usia 18 tahun, Ia pun bergabung dengan klub bernama Prescot Cables FC untuk mengembangkan bakatnya sambil menjadi pegawai kantoran. 

Dia juga sempat membina ilmu di akademi klub besar seperti Everton dan Liverpool. Namun Tom Mather dari Stoke City lebih cepat dan menawarkan Soo untuk kontrak profesional. Pada Januari 1933, dia resmi menuntaskan transfer ke Stoke City dengan mahar 400 pound sterling. 

Mather melihat Soo adalah pemain yang cepat, cerdas dan mampu menguasai bola dengan luar biasa. Karena umpannya yang akurat, dia memulai karir profesional sebagai bek kiri, hingga kelak menjelma sebagai bek tengah. November 1933, Ia memainkan laga debutnya untuk Stoke melawan Middlesbrough di Divisi Pertama Liga Inggris, yang berakhir kekalahan telak 6-1. Tapi dia tetap mencuri hati para penggemar, bahkan beberapa media surat kabar menyebut penampilannya sebagai calon bintang baru. 

Dengan Stoke City yang kala itu memiliki bintang bernama Sir Stanley Matthews yang melegenda, Soo mulai memantapkan dirinya sebagai pemain penting klub. Susan Gardiner, penulis biografi Soo, mengatakan “Banyak penggemar Stoke City yang menonton Matthews dan Soo bersamaan, dan menyebut Soo pemain yang lebih baik.”

Selain kepiawaiannya sebagai pemain bertahan di atas lapangan, karakternya yang menarik dan menawan, membuat dia mendapat julukan ‘The Smiler’ atau Si Tukang Senyum. Para fans benar-benar mencintai Soo, bahkan ketika hari pernikahannya dengan dengan Beryl Freda Lunt, lebih dari 2.000 fans mengeliling gereja untuk ikut merayakannya. 

Masa-masa Keemasan Frank Soo

frank soo
Pemain keturunan Asia pertama yang membela Timnas Inggris sepanjang sejarah.

Di musim 1935/1936, Soo memainkan sebanyak 40 penampilan dan membantu Stoke City berakhir di urutan keempat klasemen Divisi Pertama. Dua tahun berselang, Soo pun menjadi kapten Stoke City. Namun pada penghujung tahun 1938, penampilannya yang apik membuat Brentford tertarik untuk memberinya tawaran sebesar 5.000 pound sterling. Tapi Soo langsung menolaknya. 

Musim demi musim berlalu yang tentunya dijalani dengan mengesankan, membuat Soo hampir saja dipanggil ke tim nasional Inggris di tahun 1939. Daily Express menulis kala itu, ‘Soo, dari Stoke City, adalah salah satu pemain terbaik saat ini, dia sangat layak untuk masuk ke tim nasional.’

Namun pecahnya perang dunia membuat Soo harus mengubur kesempatan masuk tim nasional Inggris. Di usianya yang masih 25 tahun, Soo terpaksa untuk membagi waktu antara sepak bola dengan bekerja di perusahaan ban Michelin. Memang, dia masih bisa memainkan beberapa pertandingan untuk Stoke, bahkan jadi pemain undangan untuk klub-klub seperti Newcastle United, Chelsea, Brentford, Millwall, Burnley dan Everton. 

Di masa-masa peperangan, Soo pun akhirnya berhasil membela The Three Lions sebanyak 9 kali. Dengan menghadapi Skotlandia empat kali, Wales tiga kali, Irlandia dan Prancis, masing-masing satu kali. 

Pada akhir Perang Dunia 2, Soo pun bergabung dengan Leicester City yang rela membayar sebesar 4.600 pound sterling. Transfer ini membuat dia kembali bertemu dengan Mather, sosok yang menemukan bakatnya di Stoke City. Namun, serangkaian cedera yang menyerangnya, membuat karirnya sedikit terhambat di stadion yang sekarang dikenal sebagai King Power Stadium. Namun, tetap saja, masa-masa karirnya membela The Foxes masih dikenang sampai sekarang. 

“Dia adalah pemain yang sangat cerdas dan terampil, para pemain dan fans menghormatinya,” tulis seorang sejarawan Leicester, John Hutchinson dalam salah satu jurnalnya. 

Pada musim panas 1946, Soo akhirnya pindah ke Luton Town dengan bayaran 5.000 pound sterling, sebelum akhirnya mengakhiri karirnya bersama Chelmsford City di liga amatir. 

Setelah Bertahun-tahun Dilupakan, Soo Kembali Dikenang

Setelah pensiun, Soo ternyata cukup beruntung ketika meniti karir sebagai pelatih selama dua dekade ke depan. Profesi pelatih membuatnya mampu berkeliling dunia secara gratis. 

Prestasi terbesarnya terjadi ketika dia melatih klub Swedia Eskilstuna di tahun 1953, yang berhasil memenangkan tiket promosi dari Divisi Tiga. Lalu gelar Allsvenskan bersama Djurgarden tahun 1955, kemudian membawa klub Divisi Tiga lainnya, Oddevold untuk promosi di tahun 1956. 

Dia juga sempat menginjak tanah Italia ketika melatih Padova di tahun 1951-1952 hingga kembali ke Inggris bersama Scunthorpe. Di tengah karirnya melatih klub, dia juga menerima tawaran melatih tim nasional Norwegia di turnamen Olimpiade 1952. Karirnya sebagai pelatih tim nasional juga kembali terjadi di tahun 1963, ketika ditunjuk sebagai pelatih interim Israel. 

Pada awal 1980-an, Soo akhirnya kembali berlabuh ke Stoke karena sudah sangat tua dan mulai sakit-sakitan. Tepat di usia 76 tahun, Januari 1991 silam, dia menghembuskan nafas terakhirnya karena demensia di sebuah rumah sakit. 

Kematiannya membuat namanya yang mulai terlupakan kembali dikenang dengan buku biografi tulisan Susan Gardiner diterbitkan tahun 2016 lalu. Lalu, didirikan pula The Frank Soo Foundation, dengan tujuan agar sang legenda mendapat pengakuan yang lebih kayak di masa mendatang. 

Yang mengharukan adalah, pada Maret 2019, otoritas Kota Stoke akhirnya meresmikan ‘Frank Soo Street’ sebagai bentuk penghargaan tertinggi. Tahun berikutnya, tepat tanggal 9 Mei 2020, Google bahkan membuat orat-oret bertemakan Frank Soo untuk menghormati pemain keturunan Asia-Tiongkok pertama dalam sejarah tim nasional Inggris. 

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *