Pada bulan Mei 1996, Barcelona merupakan klub yang sedang dilanda kekacauan. Padahal sebelumnya, Barca dengan sebutan terkenal Dream Team Johan Cruyff mampu meraih 11 trofi dalam delapan musim. Namun semua tiba-tiba sirna, kerja sama klub dan pelatih asal Belanda itu hancur lebur.
Banyak yang memprediksi bahwa berakhirnya kerja sama Barca dan Cruyff ini akan membuat klub kapok dengan pelatih asal Belanda. Tapi ternyata tidak, usai bercerai dengan Cruyff, mereka menawarkan jabatan pelatih kepada Louis van Gaal yang saat itu mengasuh Ajax Amsterdam.
Namun ada kendala, kontrak Van Gaal di Ajax Amsterdam masih tersisa satu tahun lagi. Barcelona jelas tidak mau mengganggu Van Gaal dan memilih untuk mencari sosok berpengalaman yang mampu melatih satu musim saja. Memastikan segalanya tetap berjalan, namun tidak berakhir buruk. Karena saat itu, klub sudah dua musim berturut-turut bermain sangat buruk.
Mencari seorang manajer hanya untuk satu musim, dengan target tidak muluk, ternyata Barcelona mendapatkan pelatih berkualitas di atas rata-rata. Ya, dia bernama Bobby Robson, pelatih berkebangsaan Inggris.
Bobby Robson sendiri pada tahun 1996 sedang menjalani kesuksesan sebagai pelatih di klub Portugal, Porto FC. Bahkan pada saat itu, dirinya baru saja menandatangani kontrak baru dengan Porto. Namun karena diagnosa kanker ganas membuat Porto memutus kontraknya kembali. Tapi tidak lama setelah didiagnosa, Bobby Robson mampu pulih cukup cepat dan siap melatih klub lagi.
Momen itulah yang tidak dilewatkan Barcelona dengan manajemen klub saat itu langsung membujuk Bobby Robson untuk datang ke Camp Nou. Perlu diketahui, bahwa ini merupakan tawaran kali ketiga dari Barca untuk Bobby Robson. Yang pertama saat dia menolak karena setia bersama Ipswich Town, kedua karena dia masih melatih Timnas Inggris. Dan kali ketiga pada tahun 1996, di mana Bobby Robson berpikir kesempatan ini tidak akan datang lagi.
Akhirnya Terbang ke Barcelona
Dia akhirnya menerima pinangan Barcelona sebagai manajer dan membawa anak didiknya sebagai asisten pelatih, yakni Jose Mourinho. Seperti yang sudah dijelaskan di atas, bahwa tugasnya bersama Blaugrana sangatlah simpel, tapi tidak semudah itu dilaksanakan.
Meski begitu, hari pertama bertugas di Barcelona dirinya tidak malu-malu menegaskan dalam konferensi pers bakal meneruskan legasi atau skuat yang ditinggalkan Johan Cruyff.
“Saya tidak takut untuk mengikuti dan memakai skuat asuhan Johan Cruyff. Ketika Presiden Amerika Serikat pergi, mereka harus mendapatkan Presiden Amerika Serikat lainnya,” kata Bobby Robson dalam konferensi pers kala itu.
Meski hanya delapan bulan saja untuk membuktikan bahwa dirinya mampu, dia tidak mau sekadar datang lalu pergi begitu saja. Tapi dia tetap bertekad untuk meninggalkan jejak yang baik di Catalonia.
Skuat warisan dari era Johan Cruyff memang bertabur bintang tapi para pemain yang sama seperti kehilangan keinginan untuk bisa memenangkan trofi. Dalam dua musim terakhir sebelum Bobby Robson datang, Barcelona tampak mudah sekali menyerah dan tersingkir dari persaingan gelar juara liga. Musim pertama, mereka berada di urutan keempat dengan jarak sejauh sembilan poin dari Real Madrid yang berhasil juara. Musim keduanya, Blaugrana mampu mengakhiri liga di urutan ketiga namun harus berjarak sebanyak tujuh poin dari Atletico Madrid yang jadi juara.
Dengan performa dua musim terakhir seperti itu, para suporter diyakini bisa memaklumi jika Bobby Robson tidak akan memberikan gelar juara apapun. Apalagi manajemen klub juga sudah menjelaskan bahwa semusim kontraknya, Bobby Robson tidak dibebankan gelar juara, hanya diminta tampil menghibur saja. Namun bukan Bobby Robson namanya jika menerima begitu saja tantangan mudah. Dia tetap mengatur rencana untuk delapan bulan yang singkat melatih Barcelona. Sebelum mengeksekusi rencananya, dia juga menjelaskan bahwa presiden Barcelona mengirimkan pesan padanya.
“Presiden klub mengatakan pada saya, ‘Barca butuh beberapa pemain baru, kami membutuhkan striker kelas top, apakah Anda tahu dari mana kita bisa mendapatkannya?’ Saya bilang saja, saya kenal seorang striker belia di PSV Eindhoven, anak kesayangan saya. Saya rasa dia luar biasa, tapi dia penuh resiko,” ucap Robson yang merekomendasikan Ronaldo Luis Nazario de Lima atau biasa dikenal Ronaldo Botak.
Namun kejelian Robson sebagai manajer yang tahu betul bakat dari pesepakbola muda kembali terbukti. Sebuah rekor transfer kala itu, sebesar 12,5 juta poundsterling digelontorkan Barca guna mendaratkan Ronaldo botak yang masih berusia 19 tahun. Pada akhir musim 1996/1997, dia mampu mencetak 47 gol dari total 49 penampilan di semua kompetisi bersama Blaugrana. Luar biasa.
Ronaldo yang hanya satu musim bersama Barcelona juga memecahkan rekor sebagai pencetak gol terbanyak di La Liga Spanyol dalam satu musim. Yakni dengan 37 gol, yang membuat nama pemain dikenal oleh khalayak dunia sepak bola Eropa.
Tidak hanya Ronaldo sebenarnya, tangan dingin Robson juga mampu membuat nama-nama lama yang mulai meredup di bawah asuhan Cruyff kembali bangkit. Seperti Pep Guardiola, Kapten tim, Jose Mari Bakero dan duet Ronaldo di lini depan, Hristo Stoichkov. Tidak heran jika awalnya Robson hanya ditugaskan untuk bermain menghibur, mampu menyabet beberapa gelar untuk Barca di akhir musim.
Satu Musim, Robson Sukses dengan Tiga Trofi untuk Barcelona
Dari pengakuan Robson soal permintaan Presiden Barcelona ketika mendekati dan menawarkan dirinya jabatan manajer selama semusim saja, kita melihatnya sangatlah sederhana. Tidak ada target untuk juara, yang penting bermain baik dan menghibur saja. Tapi dengan kurun waktu yang sangat singkat, dia mampu memberikan tiga trofi untuk Barcelona.
Pertandingan penting pertama Robson bersama Barcelona terjadi pada Agustus 1996 ketika menghadapi Atletico Madrid di ajang Supercopa de Espana. Mereka pun mampu mengakhiri laga leg pertama dengan skor akhir 5-2, dengan Ronaldo mencetak dua gol dilengkapi masing-masing satu gol dari Giovanni Silva de Oliveira, Juan Antonio Pizzi dan Ivan de la Pena. Pada leg kedua, Atletico Madrid mampu menjebol gawang Barca sebanyak tiga kali. Beruntung, Stoichkov mampu mencetak satu gol dan membuat Barcelona unggul secara agregat. Trofi pertama yakni Supercopa de Espana pun diangkat Barcelona asuhan Bobby Robson.
Trofi kedua Barca bersama Robson terjadi pada kejuaraan Cup Winners’ Cup yang saat ini bernama Liga Europa. Mereka mampu melesat jauh di turnamen tersebut – mungkin pengaruh karena lawan-lawan yang mudah-. Tapi pada semifinal, perjalanan mereka mulai berat dengan harus meladeni wakil Serie A, Fiorentina. Saat itu, Fiorentina masih dibela oleh Gabriel Batistuta. Pada leg pertama semifinal, Miguel Angel Nadal memberi keunggulan untuk Barca, namun Batistuta menyamakan kedudukan pada menit ke-63. Tapi pada leg kedua di Florence, Barcelona menaklukkan Fiorentina dengan skor 2 gol tanpa balas berkat gol dari Fernando Couto dan Pep Guardiola.
Hingga mereka akhirnya mencapai babak final Cup Winners’ Cup dan berhadapan dengan wakil Prancis, Paris Saint-Germain. Laga berjalan ketat hingga akhirnya dimenangkan Blaugrana berkat gol tunggal Ronaldo dari titik putih kotak terlarang. Lagi-lagi, pembelian pertama Robson membuktikan kualitasnya. Trofi kedua dari dua kesempatan.
Trofi ketiga adalah Copa del Rey 1996/1997, di mana ini benar-benar menjadi obat penawar untuk para fans Barcelona yang masih belum bisa juara liga. Tapi fans diyakini menganggap kemenangan atas Copa del Rey musim ini sangatlah spesial dan bahkan membuat Robson pantas mereka kenang sepanjang sejarah. Karena mereka mampu mengalahkan rival abadi, Real Madrid di babak 16 besar. Setelah menyingkirkan Los Blancos, Barca juga dihadapkan juara liga sebelumnya, yakni Atletico Madrid. Namun para pemain seperti Ronaldo dan Luis Figo mampu membawa Barcelona melewati hadangan Atletico Madrid.
Dan tibalah pada final Copa del Rey musim tersebut, menghadapi Real Betis yang ternyata berjalan dengan sungguh dramatis. Barca sempat tertinggal pada menit ke-11, sebelum Figo menyamakan kedudukan jadi 1-1 pada menit ke-45. Namun Betis kembali berbalik unggul pada menit ke-82 lewat gol Finidi. Pizzi kembali menyamakan kedudukan dan memaksa laga dilanjutkan ke babak tambahan waktu 2×15 menit. Barulah gol kemenangan tiba dari sepakan Luis Figo pada menit ke-114 dan membuat Barcelona menjuarai trofi ketiga di musim pertama Bobby Robson.
Menengok pada performa Barcelona dan Bobby Robson di Liga Spanyol juga tidak tampak buruk. Mereka juga hampir menyabet gelar juara liga dengan dua laga tersisa, mereka hanya berjarak lima poin dari sang pemuncak klasemen saat itu, Real Madrid. Blaugrana mampu mengalahkan Real Betis dan Rayo Vallecano dalam dua laga terakhir mereka, namun Real Madrid juga tidak terkalahkan. Jarak Barca dan Madrid hanya dua poin saja saat Liga Spanyol musim 1996/97 berakhir. Sangat tipis sekali dan Robson hampir juara.
Robson seperti Ayah untuk Ronaldo dan Inspirasi Guardiola sebagai Pelatih
Tidak perlu diragukan lagi, dengan segala kepercayaan yang diberikan Robson pada Ronaldo yang masih begitu belia, striker asal Brasil itu bisa dibilang berhutang banyak. Torehan 37 gol yang jadi pemecah rekor gol terbanyak sepanjang sejarah La Liga waktu itu, menyabet gelar El Pichichi (top skorer) La Liga, Sepatu Emas Eropa, Ballon d’Or 1997, FIFA World Player of The Year, dan sederet prestasi individual lainnya yang membuat Ronaldo makin dikenal.
Sesuai rencana awal usai penunjukkan Robson yang hanya semusim saja, Barcelona kemudian menunjuk Louis van Gaal sebagai manajer. Sementara Robson diberikan jabatan sebagai Direktur Teknik klub. Meski begitu, Ronaldo ikut hengkang pada musim panas 1997 ke Inter Milan dan terus menapaki peningkatan karier setelah itu.
Rasa sayang Ronaldo pada Bobby Robson pun diungkapkan oleh striker legendaris Brasil itu. Dia merasa kontribusi Robson dalam kariernya begitu besar dan dia menyebutnya sebagai ayah.
“Dia sosok yang luar biasa, baik sebagai pelatih atau sebagai pribadi. Dia sudah seperti ayah bagiku. Saya sudah dilatih oleh banyak manajer selama berkarier, tapi perbedaan antara mereka semua dan Sir Bobby Robson adalah rasa kemanusiaan dan hubungan yang dimiliki bersama para pemain. Dia menjadi sosok ayah untuk semua pemain,” ucap Ronaldo dikutip dari talkSPORT pada 31 Juli 2020.
Tidak hanya Ronaldo yang merasakan kontribusi besar Robson dalam kariernya. Manajer Manchester City, Pep Guardiola yang kini dikenal sebagai salah satu pelatih tersukses dalam sejarah sepak bola juga menyampaikan kesan dan pesan yang senada.
Bahkan Guardiola mengaku sedih sekali saat Robson berakhir dengan Barcelona dalam waktu yang sangat singkat. Saat Robson di Newcastle United, dia bahkan menawari jasanya secara langsung untuk bermain di bawah asuhan sang pelatih.
“Saat dia melatih Newcastle tahun 1999 lalu, saya mengirimkan surat padanya untuk bisa mengajak saya dan bermain di Newcastle. Dia menjawab surat saya dengan mengatakan hal tersebut tidak mungkin karena timnya sudah tidak ada tempat lagi. Dia benar-benar sangat baik, Bobby adalah orang terbaik yang pernah saya temui dalam hidupku,” ucap Guardiola.
Guardiola juga melanjutkan bahwa keputusannya memasuki karier manajerial usai pensiun sebagai pesepakbola, juga karena terinspirasi oleh Bobby Robson.
“Saya belajar banyak darinya saat dia melatih Barcelona, meski waktunya singkat. Saya pikir saya ingin menjadi manajer suatu saat nanti. Saya ingin mempraktekkan bagaimana cara dia mengatasi sebuah situasi sulit, sungguh luar biasa. Saya sangat mengauminya,” kata Guardiola lagi.
Hanya diberikan kontrak satu musim oleh Barcelona tanpa beban untuk juara, namun Sir Bobby Robson benar-benar memberikan yang terbaik. Dia datang dan pergi sebagai seorang pahlawan penyelamat Barcelona dari salah satu momen sulit dalam sejarah klub. Sebuah bukti profesionalisme yang patut dicontoh oleh semua orang di dunia. Hubungannya dengan para pemain yang dilatihnya juga membuktikan bahwa dia memiliki kemampuan manajemen manusia yang luar biasa.
Kini, Bobby Robson sudah beristirahat tenang sejak 31 Juli 2009 silam akibat penyakit kanker akut, meninggal dunia di usia 79 tahun. Sebuah kehilangan yang amat besar dalam dunia sepak bola. Selamat beristirahat Sir Bobby Robson.
Comment