Bolazola – Diego Maradona baru saja memikat dunia di Meksiko 86, sementara Gary Lineker yang dibalut gips telah memikat hati publik Inggris pada turnamen yang sama. Bagi banyak orang di masa sekarang, Lineker adalah presenter acara Match of the Day yang ramah, seorang maestro periklanan di agensi Walkers dan komentator yang paham tentang masyarakat dan sepak bola yang terkenal di media sosial Twitter.
Namun sebelum semua itu, dia adalah seorang pencetak gol kelas dunia yang, di pasar yang melambung tinggi seperti sekarang harganya mungkin akan bernilai puluhan juta poundsterling. Dengan kecepatan yang luar biasa dan kemampuan psikis untuk mengetahui di mana bola akan jatuh di dalam kotak penalti, dia adalah pemburu gol terbaik di generasinya, terutama dari tanah Inggris.
Kebanggaan dan kegembiraannya yang luar biasa atas kesuksesan Leicester pada musim 2015/16, berasal dari fakta bahwa dia adalah putra lokal Leicester. Dan memulai karir sepak bolanya bersama Leicester City saat menginjak usia 16 tahun. Lineker bertahan dengan klub selama tujuh tahun, mencetak 103 gol dalam 216 pertandingan, termasuk 26 gol di liga pada 1982/83 untuk membantu klub asal Midlands mengamankan promosi dari divisi dua.
Kemitraannya dengan penyerang yang akan segera bergabung dengan Arsenal, Alan Smith, membuat Lineker mengakhiri musim 1984/85 sebagai pencetak gol terbanyak bersama dengan Kerry Dixon. Ini terjadi di tim Leicester yang sedang berjuang, yang menghindari degradasi dengan selisih dua poin pada musim itu.
Pria asal Leicester ini bukanlah pemain yang sukses dalam semalam seperti Michael Owen atau Wayne Rooney. Kariernya bertahap dan Leicester tetap bersabar bersamanya saat ia menjadi dewasa dan berkembang sebagai pesepakbola. “Saya pikir saya belajar banyak di Leicester. Itu adalah tipe klub yang sempurna bagi seseorang untuk memulai,” ujar sang striker di kemudian hari.
Apa yang terjadi selama 12 bulan berikutnya membuat hidup Lineker berubah dari yang tidak dikenal menjadi bintang ternama yang membuat sang striker Inggris ini akan dikenang sebagai salah satu pencetak gol terhebat yang pernah dihasilkan oleh negaranya.
Pertandingan terakhir Lineker bersama Leicester adalah kekalahan 4-0 saat bertandang ke Luton Town di akhir musim 1984/85. Everton sudah mengincarnya karena insting dan kemampuannya untuk mencetak gol, bahkan di tim yang sedang berjuang di zona degradasi. The Toffees adalah sebuah klub yang sedang menikmati kebangkitan sepak bola di bawah asuhan Howard Kendall sebagai juara Piala FA pada tahun 1984, juara Divisi Pertama dan juara Piala Winners pada tahun 1985. Klub asal Merseyside ini memutuskan bahwa Lineker adalah sosok yang dibutuhkan klub untuk membawa mereka ke level berikutnya.
Bergabung dengan Everton, Meski Awalnya Sulit
Setelah menghabiskan delapan tahun bersama the Foxes, Gary Lineker memutuskan bahwa inilah saat yang tepat untuk mengambil langkah selanjutnya dalam kariernya. Ini adalah langkah yang berpotensi saling menguntungkan dan meningkatkan prospek masing-masing, baik untuk pemain dan Everton selaku klub.
Setelah memenangkan Divisi Pertama pada tahun 1985, Everton bersiap untuk tampil di Piala Eropa. Secara kontroversial, mereka memutuskan untuk menjual pemain kesayangan fans, Andy Gray, untuk memberi satu tempat kepada Lineker. Gray, padahal berperan penting dalam kesuksesan mereka beberapa pekan ke belakang, seperti mencetak gol di final Piala FA dan Piala Winners. Beberapa kelompok fans The Toffees jelas marah dan bahkan memulai petisi menentang penjualan Gray ke Aston Villa, namun langkah tersebut tetap berjalan. Dengan adanya lubang di lini depan dalam skuat mereka, Everton mendatangkan pemain Leicester tersebut dengan harga £800.000 untuk memperkuat tim yang sudah bertabur bintang.
Sebagai juara bertahan Liga Inggris, Everton sungguh sial karena tidak bisa mewakili Inggris di Liga Champions 1985/86, semua itu karena tragedi Heysel di final Liga Champions 1985. Klub-klub Inggris kemudian dilarang mengikuti kompetisi Eropa dan Everton berusaha untuk melanjutkan kesuksesan mereka di kancah domestik saja. Masalah utama bagi Lineker bukanlah kenaikan kelas, peningkatan ekspektasi atau tekanan konstan untuk memenangkan pertandingan dan mencetak gol. Tugas besarnya adalah memenangkan hati para penggemar Everton yang masih tidak puas dengan penjualan Andy Gray.
Bahkan rekan penyerang baru Lineker, Graeme Sharp, dapat melihat potensi masalah yang mungkin muncul untuk sang pemain baru: “Saya pikir tekanan paling besar yang dia alami adalah harapan bahwa dia pengganti Andy Gray.” Lineker sendiri mengakui hal tersebut bahwa bermain di posisi milik Andy Gray adalah hal tersulit di awal-awal karirnya bersama Everton. Ironisnya, seperti yang sering terjadi dalam kalender pertandingan, pertandingan liga pertama Everton pada musim 1985/86 adalah harus bertandang ke Leicester di Filbert Street. Kepulangan yang terlalu cepat ke kampung halaman seperti ini membuat Lineker harus menerima kenyataan pahit, saat Leicester dengan solid memenangkan pertandingan dengan skor 3-1.
Ketidakpercayaan dan kegelisahan dari beberapa penggemar Everton sama sekali tidak mempengaruhi Lineker. Penampilan awalnya untuk Merseysiders menunjukkan dengan tepat mengapa Kendall memutuskan untuk menghabiskan hampir satu juta poundsterling untuk satu pemain. Gol kompetitif pertamanya terjadi pada akhir Agustus dalam kemenangan 1-0 saat bertandang ke Tottenham. Lebih baik lagi setelahnya. Pada pertandingan berikutnya, Lineker mencetak gol pembuka (dia juga cetak hat-trick pertamanya untuk Everton) pada musim itu dalam kemenangan 4-1 di Goodison Park. Gol di Tottenham merupakan awal dari rentetan gol yang membuatnya menjadi pencetak gol terbanyak liga di akhir Oktober. Namun masih ada beberapa penggemar Everton yang belum yakin dengan pemain baru ini.
Selain peningkatan di lingkungan klubnya, Lineker juga mulai menemukan kakinya di level internasional. Dipanggil pertama kali dan memulai debutnya oleh manajer Bobby Robson pada tahun 1984, Lineker tampil bersama para pemain internasional berpengalaman yang pernah bermain di tim Inggris yang tak terkalahkan di Piala Dunia 1982 di Spanyol. Namun, sebagian besar dari mereka, seperti Paul Mariner, Trevor Brooking, Tony Woodcock dan Trevor Francis, telah memasuki fase akhir dalam karier internasional mereka.
Baca juga : Glenn Hoddle, Legenda Tottenham yang Dapat Pengakuan Johan Cruyff
Bahkan, dalam pertandingan debutnya, melawan Skotlandia, striker Inggris adalah Tony Woodcock dan Luther Blisset. Dengan Piala Dunia 1986 yang masih dua tahun lagi, Lineker berada dalam posisi yang sempurna untuk menjadikan dirinya sebagai penyerang pilihan pertama bagi Robson. Gol internasional pertamanya terjadi saat melawan Irlandia dalam pertandingan persahabatan pada bulan Maret 1985, dengan hat-trick perdananya untuk tim nasional menyusul saat melawan Turki di kualifikasi Piala Dunia pada bulan Oktober tahun itu, melengkapi periode produktif awal bersama Everton.
Sejak saat itu, Lineker bersaing dengan Mark Hateley, yang pada saat itu bermain di Serie A untuk AC Milan dan mendapatkan pengalaman berharga di benua tersebut, Kerry Dixon dari Chelsea, yang menjadi pencetak gol terbanyak bersama dengan Lineker di musim terakhirnya di Leicester, dan Peter Beardsley dari Newcastle, yang lebih dilihat sebagai second striker atau gelandang serang daripada pencetak gol.
Perlahan tapi Pasti, Lineker Mulai Dicintai Fans Everton
Pada saat Everton dan Lineker sampai di hari Natal, sang striker merasakan adanya perubahan sikap dari para pendukung terhadapnya. Seolah-olah gol-gol yang ia cetak tidak hanya mengalahkan lawan, tetapi juga memunculkan ketertarikan fans terhadap dirinya. “Saya pikir titik balik yang sebenarnya terjadi di sekitar hari Natal. Kami bermain melawan Manchester United dan Sheffield Wednesday dalam kurun waktu tiga hari, keduanya dimainkan di kandang. Saya pikir saya mencetak dua gol melawan United dan sekali lagi melawan Wednesday, yang saat itu sedang bermain bagus. Seolah-olah pada hari itu, para penggemar telah berubah dan saya diterima. Setelah itu, semuanya berjalan dengan baik.”
Pada pergantian tahun, Lineker telah mencetak 21 gol untuk Everton di semua kompetisi, termasuk 15 gol di liga. Namun, Manchester United masih berada di puncak klasemen setelah memenangkan 10 pertandingan liga pembuka mereka, sementara Everton berada di urutan ketiga dan Liverpool di urutan keempat, kedua tim memiliki poin yang sama dan selisih gol yang sama. Paruh kedua musim ini akan mempertontonkan klub-klub Merseyside melesat ke puncak klasemen dan memperebutkan gelar juara.
Tim Everton yang diperkuat Lineker dipenuhi oleh para pemain yang sedang berada di puncak permainan mereka. Lini belakang yang kuat terdiri dari Neville Southall di bawah mistar gawang, Kevin Ratcliffe dan Derek Mountfield sebagai pasangan lini tengah yang tangguh, Peter Reid dan Paul Bracewell yang memberikan lini tengah yang kuat dan dinamis, serta Lineker dan Graeme Sharp di lini depan. Selain lini belakang, terdapat kreativitas di lini depan dengan Kevin Sheedy dan Trevor Steven. Mereka merupakan tim terbaik di Inggris pada musim itu, yang seharusnya memenangkan gelar liga dan piala-piala domestik.
Seiring berjalannya musim, Lineker terus mencetak gol dan Everton terus mendaki klasemen. Pada pertengahan April, the Toffees telah mengamankan tempat di final Piala FA melawan Liverpool, yang akan menjadi final piala All-Merseyside pertama dalam sejarah. Di liga, kemenangan 1-0 atas Ipswich membuat Everton duduk di posisi kedua di belakang Liverpool karena kalah selisih gol, tetapi tim yang bermarkas di Goodison Park memiliki satu pertandingan tunda. Dengan empat pertandingan tersisa, Everton tidak boleh kalah.
Dua pertandingan berikutnya sayang sekali, mereka bermain imbang 0-0 kontra Nottingham Forest dan secara krusial kalah 1-0 dari tim papan bawah Oxford United. Lineker dan Everton telah bermain imbang di saat-saat yang paling penting. Liverpool merebut gelar liga dengan selisih dua poin di hari terakhir dengan gol kemenangan Kenny Dalglish di Stamford Bridge.
Masih ada final Piala FA yang harus dimainkan. Kerumunan 98,000 orang akan menyaksikan pertandingan bersejarah antara dua tim terbaik di Inggris pada medio pertengahan 1980-an. Pada menit ke-27, Lineker berhasil melewati Alan Hansen yang sedang berjalan untuk mencetak gol – untuk kedua kalinya – ke gawang Bruce Grobbelaar. Itu adalah gol ke-40 Lineker musim ini dalam 57 pertandingan untuk Everton dan membawa mereka unggul 1-0. Babak kedua, bagaimanapun, berubah menjadi mimpi buruk bagi Everton. Tiga gol dalam 28 menit membuat tim merah Liverpool meraih dua poin yang selama ini terlihat akan menjadi milik Everton asuhan Lineker.
Pada tingkat pribadi, musim Lineker di Everton merupakan sebuah kesuksesan yang luar biasa. Eksploitasi golnya membuatnya terpilih sebagai Pemain Terbaik Inggris 1986, Pemain Terbaik versi Media dan memenangkan Sepatu Emas sebagai pencetak gol terbanyak di liga dengan 30 gol. Semua itu merupakan penghargaan individu dengan level tertinggi dan sangat pantas untuk musim yang produktif.
Lineker Bersinar di Piala Dunia 1986
Namun, sekarang, sudah waktunya untuk mengesampingkan kegagalan Everton juara liga dan fokus pada Piala Dunia Meksiko 1986. Empat dari skuat Everton terpilih untuk terbang ke Meksiko, jumlah terbanyak dari satu klub saat itu. Ironisnya, tidak ada satu pun pemain Liverpool yang terpilih untuk mewakili Inggris di turnamen tersebut.
Selama pertandingan pemanasan di Kanada, sebuah tantangan yang tidak berbahaya di tepi kotak penalti membuat Lineker terjatuh dan mendarat dengan keras di pergelangan tangan kirinya. Kekhawatiran awal adalah pergelangan tangannya patah dan Piala Dunia sang pemain Everton itu berakhir bahkan sebelum turnamen dimulai. Hasil rontgen menunjukkan bahwa cederanya adalah keseleo yang parah, yang memungkinkannya untuk dibebat, dan pencetak gol terbanyak di liga Inggris ini dinyatakan fit untuk mengikuti turnamen.
Dua pertandingan pertama di turnamen ini merupakan bencana, kekalahan 1-0 dari Portugal dan hasil imbang 0-0 melawan Maroko, yang membuat tim asuhan Robson hampir tersingkir di babak penyisihan grup. Lineker belum pernah mencetak gol untuk Inggris sejak hat-trick ke gawang Turki di kualifikasi Piala Dunia pada Oktober 1985. Delapan bulan berlalu dengan Inggris tertatih-tatih di ujung tanduk, berpotensi tersingkir dengan memalukan di Meksiko. Lineker berada di bawah tekanan untuk mencetak gol.
Pertandingan terakhir grup adalah melawan Polandia dan hanya kemenangan yang bisa menyelamatkan wajah The Three Lions. Setelah sembilan menit, permainan yang baik dari sayap kiri membuat Inggris berhasil menembus pertahanan lawan; bek sayap Everton, Gary Stevens, memberikan umpan kepada Lineker untuk mencetak gol dari jarak enam yard. Lineker merasa lega.
Sebuah tendangan jarak dekat lainnya lima menit kemudian dan gol ketiga di menit ke-34 membuat Inggris memenangkan pertandingan dengan skor 3-0. Lineker mencetak hat-trick pertamanya di kancah Piala Dunia. Inggris lolos ke babak knock-out turnamen, di mana mereka akan menghadapi tim yang belum dikenal, yakni Paraguay. Setelah 31 menit, Lineker membawa Inggris unggul 1-0. Gol-gol terus mengalir dengan deras. Di babak kedua, Beardsley mencetak dua gol dan Lineker menambahkan gol ketiga. Dia mendadak menjadi pencetak gol terbanyak di turnamen dengan lima gol.
Kemenangan tersebut meloloskan Inggris ke perempatfinal yang terkenal di Azteca menghadapi tim Argentina yang memiliki ‘permata’ sepak bola kala itu, Diego Maradona. Gol Tangan Tuhan dan gol terhebat di Piala Dunia sepanjang masa kini sudah seperti cerita rakyat sepak bola dunia. Inggris, meskipun kalah tipis, melakukan kebangkitan di menit-menit akhir setelah memasukkan John Barnes, yang memberi umpan kepada Lineker untuk memperkecil ketertinggalan menjadi 2-1. Kombinasi yang sama hampir saja mengukir sebuah gol yang sama dengan gol pertama, namun Lineker berhasil digagalkan oleh bek sayap asal Argentina. Inggris kalah 2-1 dan tersingkir dari Piala Dunia.
Baca juga : Mengenal John Charles, Pelopor Pemain Top Inggris ke Liga Italia
Inggris mencetak tujuh gol secara total, Lineker mengantongi enam gol dari garis enam yard atau lebih dekat, menyoroti kemampuannya mengambil keputusan dan pergerakan briliannya. Pencetak gol terbaik dalam sepak bola Inggris telah menjadi pencetak gol terbaik di panggung dunia. Lineker menjadi pemain Inggris pertama, dan hingga saat ini, yang memenangkan Sepatu Emas di Piala Dunia, dengan total enam gol yang dicetaknya, membuatnya mengungguli Maradona.
Lineker Sempat Pindah ke Barcelona Lalu ke Tottenham Hotspur
Penampilan Lineker untuk Everton dan di Piala Dunia telah menarik perhatian klub-klub di seluruh Eropa. Pada saat itu, Terry Venables adalah manajer di Barcelona dan menginginkan sang bintang Inggris dan Mark Hughes untuk bergabung dengannya di Camp Nou untuk membantu misi mengembalikan kejayaan di Catalonia.
Lineker juga sudah mengetahui ketertarikan dari Barcelona selama Piala Dunia namun menunda negosiasi pribadi agar ia dapat berkonsentrasi pada turnamen. Kini dengan berakhirnya Piala Dunia dengan Barcelona dan Everton telah melakukan pra-negosiasi mengenai harga, maka sekarang keputusan ada di tangan sang penyerang Inggris. Dia mengangguk tanda setuju gabung Barcelona.
Karier Lineker di Barcelona berjalan dengan baik. Ia mencetak gol pada debutnya di La Liga dan mengakhiri musim pertamanya dengan 20 gol di liga, termasuk hat-trick ke gawang Real Madrid di Camp Nou. Prestasi gemilang datang dalam bentuk gelar Copa del Rey dan kemenangan Piala Winners, namun setelah tiga musim dan kedatangan Johan Cruyff, Lineker melangkah ke pintu keluar. Sang striker kembali ke Inggris dan bekerja sama sekali lagi dengan Venables di Tottenham Hotspur, melanjutkan apa yang selalu menjadi keahliannya, yakni mencetak gol. Dia mengakhiri musim 1991/92 sebagai pencetak gol terbanyak dan memenangkan Sepatu Emas ketiganya dengan klub yang berbeda.
Di kancah internasional, Lineker pergi ke Piala Dunia 1990 di Italia dan mencetak empat gol, membuatnya menjadi pencetak gol terbanyak sepanjang masa untuk Inggris di putaran final Piala Dunia dengan total 10 gol. Lineker mengakhiri karier internasionalnya dengan rekor kelas dunia dengan 48 gol dalam 80 pertandingan.
Musim 1985/86 merupakan momentum bagi seorang pemuda rendah hati dari Leicester yang berani meninggalkan kota kelahirannya dan menjadi salah satu pencetak gol terbaik sepanjang masa, tidak hanya di sepak bola Inggris, tetapi juga di sepak bola dunia. Saat Anda duduk dan menonton Match of the Day pada Sabtu malam, ada baiknya mengingat kualitas luar biasa dari Gary Lineker semasa aktif bermain – dan pria yang berdiri tegak sebagai salah satu pemain sepak bola paling luar biasa di Inggris – dan bagaimana rasanya menjalani 12 bulan yang luar biasa di Everton.