Meski sudah 22 tahun berlalu sejak Denis Irwin mengenakan seragam merah Manchester United untuk terakhir kalinya. Mantan pemain tim nasional Irlandia ini masih tetap menjadi favorit klub dan para fans. Hal ini terlihat dari perannya saat ini sebagai pundit di MUTV, di mana ketika ia pergi tur bersama tim saat ini, ia tetap diminati semua orang.
Meskipun banyak anak muda saat ini tidak pernah mendapatkan kesempatan untuk melihat pemain asal Irlandia ini tampil secara langsung dengan seragam United, selain dari pertandingan sesekali dengan Legends XI, nama Denis Irwin terpatri dalam sejarah Manchester United. Meskipun ia tidak terlalu vokal dibandingkan dengan pemain seperti Bryan Robson, Peter Schmeichel atau Roy Keane, perannya bagi United tidak dapat dan tidak boleh dilupakan.
Di era saat ini, di mana bek sayap yang handal dan lengkap sulit ditemukan, Irwin akan sangat diminati. Bagaimanapun, dia memiliki banyak kualitas untuk seorang pemain bertahan: dia bisa menyerang sekaligus bertahan dan terkenal karena keahliannya dalam tendangan bebas dan penalti. Di atas semua itu, dia adalah seorang pria yang disukai oleh rekan-rekan setimnya.
Mungkin inilah alasan mengapa Sir Alex Ferguson menolak kemungkinan untuk menjual Irwin ke Leeds United ketika, menurut cerita, 25 tahun yang lalu, ketua Manchester United, Martin Edwards, menerima telepon dari supremo Leeds, Bill Fotherby, yang tertarik untuk membawa pemain asal Irlandia itu kembali ke Elland Road untuk kedua kalinya.
Panggilan telepon tersebut tercatat dalam sejarah setelah Ferguson dan Edwards menepis ketertarikan Leeds terhadap Irwin. Ferguson sebaliknya meminta manajemen untuk membeli seorang pemain dari Leeds United. Dan hasilnya adalah Eric Cantona ke Old Trafford. Sisanya adalah sejarah.
Kisah ini telah diceritakan berkali-kali dengan beberapa orang mengatakan bahwa hal itu tidak sesederhana yang diberitakan. Namun, satu fakta yang muncul dari panggilan telepon tersebut adalah pentingnya Irwin bagi United dan Ferguson, dan bagaimana pria asal Skotlandia tersebut tidak pernah terpikir untuk berpisah dengan sang pemain. Dia kemudian bertahan selama satu dekade di Old Trafford.
Irwin gantung sepatu pada Mei 2004 setelah 22 tahun berkiprah di dunia sepak bola. Dia adalah bagian dari pasukan Irlandia asuhan Jack Charlton yang melakukan perjalanan ke Amerika Serikat pada tahun 1994. Sementara sebagai pemain Manchester United, dia mengoleksi tidak kurang dari tujuh gelar Premier League dan mengangkat Liga Champions pada malam yang terkenal di Barcelona pada tahun 1999. Sederhananya, dia adalah salah satu pemain Irlandia paling berprestasi yang pernah bermain di lapangan hijau.
Direkrut sebagai Bek Kanan, tapi Jadi Bek Kiri di Man United
Denis Irwin lahir pada tanggal 31 Oktober 1965 di Cork, Irlandia. Dia menghabiskan sebagian besar masa mudanya seperti anak laki-laki Irlandia pada umumnya, dengan terlibat dalam olahraga lempar lembing dan sepak bola Gaelik, tetapi pada tahun 1983 dia pindah ke Leeds di Divisi Dua, membuat 72 penampilan untuk the Whites.
Pada tahun 1986 ia pindah ke Oldham. Bersama the Latics, ia dan rekan-rekan setimnya mencapai semifinal Piala FA di mana penampilannya menarik perhatian manajer lawan, Alex Ferguson. Oldham juga mencapai final Piala Liga pada tahun 1990 di mana mereka bertemu dengan Nottingham Forest, namun kalah tipis dari tim asuhan Brian Clough. Irwin mulai menarik perhatian sejumlah klub papan atas termasuk Manchester United. Akhirnya Setan Merah memenangkan perburuan dan merekrut Denis Irwin setelah Leeds menerima tawaran sebesar £625 ribu.
Awalnya Irwin didatangkan untuk bermain sebagai bek kanan, posisi yang sebelumnya dipegang oleh Mike Phelan. Namun sisi kiri pertahanan menjadi ‘rumahnya’ selama lebih dari satu dekade. Fleksibilitasnya sangat penting untuk United, karena pemain asal Irlandia itu merasa betah di mana pun dimainkan Ferguson. Dia kemudian memainkan sebanyak 529 penampilan untuk tim kota Manchester, dengan juara Liga Inggris tujuh kali, tiga trofi Piala FA, sekali Piala Liga Inggris, sekali Liga Champions dan Piala Winners adalah beberapa gelar dari total 19 penghargaan karirnya yang dia dapatkan ketika pergi dari Old Trafford pada musim panas 2002 silam.
Dia juga sadar kapan harus mencetak golnya, dengan gol yang paling terkenal ketika pertandingan imbang 3-3 kontra Liverpool di Liga Inggris musim 1993/94, yang mana pertandingan itu menandakan perubahan arus sepak bola di Inggris utara.
Pemain seperti Denis Irwin sangat sedikit dan jarang ditemukan. Mereka berbicara di atas lapangan dan menjadi berita utama di halaman belakang, bukan di halaman depan. Irwin sangat dihormati oleh mereka yang bermain bersamanya, dengan Ferguson pernah menyebutnya sebagai salah satu rekrutan terbaiknya.
Pemain asal Irlandia ini menyaksikan Class of ’92, termasuk Gary Neville, David Beckham dan Paul Scholes, menjadi kesayangan media, sementara Ryan Giggs dan Eric Cantona mencuri perhatian sebagai pencetak gol terbanyak. Roy Keane dan Paul Ince adalah pemain yang sangat berpengaruh di lini tengah, dengan orang-orang seperti Gary Pallister dan Steve Bruce memimpin lini pertahanan.
Namun, terlepas dari sikapnya yang pendiam baik di dalam maupun di luar lapangan, Irwin adalah pemain yang sangat penting. Masih ada kurangnya pengakuan atas konsistensi dan bakatnya yang sering diabaikan, tetapi mengingat sifat pria itu, dia mungkin akan senang untuk duduk di kursi cadangan.
Musim di mana Manchester United meraih treble pada 1998/99 tidak diragukan lagi akan menjadi yang terhebat di bawah asuhan Ferguson. Dan itu adalah musim di mana Irwin kembali berperan penting. Irwin mengenang 10 hari di bulan Mei 1999, ketika United mengakhiri Premier League dengan mengalahkan Tottenham di hari terakhir musim tersebut, mengalahkan Newcastle United di Wembley pada final Piala FA, dan kemudian mencetak sejarah di Barcelona dengan mengalahkan Bayern Munich yang sedang terpuruk di final Liga Champions.
“Bermain sepak bola adalah kehidupan yang luar biasa, saya beruntung bisa bermain dengan begitu banyak pemain hebat di Manchester United yang membuat hidup saya lebih mudah, namun tahun 1999 akan terasa lebih berat. Saya pikir Anda harus memenangkan Piala Dunia untuk melengkapi 10 hari tersebut, memenangkan liga, mengalahkan Newcastle di Piala FA dan mengalahkan Bayern Munchen, cara kami melakukannya akan sangat luar biasa,” ujar Denis Irwin.
Denis Irwin, Legenda yang Jarang Diapresiasi Tinggi
Irwin tampil sebagai starter sebanyak 45 kali sepanjang musim itu di semua kompetisi. Dia adalah pemain bertahan, namun pergerakannya yang tumpang tindih di sayap kiri bersama Ryan Giggs merupakan bagian besar dari kesuksesan musim itu. Pasangan ini mungkin kurang digembar-gemborkan dibandingkan Neville dan Beckham, namun tidak kalah efektifnya.
Sir Alex Ferguson sering ditanya tentang siapa yang akan masuk ke dalam tim sepanjang masa yang ia tangani di Old Trafford. Meskipun telah melatih orang-orang seperti Mark Hughes, Giggs, Cantona, Keane dan Cristiano Ronaldo, hanya Denis Irwin yang dijamin akan mendapatkan tempat sebagai pemain inti dalam tim yang luar biasa menurut pria asal Skotlandia ini: “Orang-orang bertanya kepada saya ‘siapa saja pemain yang masuk dalam tim terbaik Man United Anda?’ Itu benar-benar mustahil. Sejujurnya, saya akan mengatakan Denis Irwin akan menjadi satu-satunya pemain yang pasti masuk dalam tim,” ungkap Ferguson.
Ketika era baru muncul di Old Trafford, Irwin tahu bahwa hari-harinya sudah habis sebagai pemain reguler. Dia bisa saja memilih untuk keluar dari klub papan atas atau bertahan di United dan menerima gaji sebagai pemain cadangan; dia mungkin tetap mendapatkan haknya. Namun, pemain asal Cork ini tahu bahwa ia masih memiliki banyak hal untuk diberikan dan bergabung dengan Wolves, memenangkan promosi ke Premier League dan mengoleksi satu lagi medali juara.
Dia kembali ke Old Trafford pada musim berikutnya bersama klub Midland dan mendapat sambutan meriah dari para mantan pendukungnya, yang tidak akan pernah melupakan kontribusi yang dia berikan kepada klub mereka.
Irwin juga meraih impian setiap anak laki-laki dan tampil membela tim nasional Republik Irlandia sebanyak 56 kali, mencetak empat gol. Meskipun tidak mendapat tempat di Piala Dunia Italia 1990, di mana ia menonton dari sebuah bar di Cork, ia merupakan bagian dari tim Irlandia Charlton yang pergi ke Amerika Serikat 1994, di mana mereka mengejutkan sepak bola dunia dengan mengalahkan Italia yang perkasa di New Jersey dalam pertandingan yang tercatat dalam sejarah.
Pemain seperti Denis Irwin menjadi komoditas langka dalam permainan saat ini. Ketika para penggemar Manchester United mengenang kembali panggilan telepon terkenal di tahun 1992 yang membuat Cantona bergabung dengan klub mereka, mereka juga harus bersyukur karena Sir Alex Ferguson mempertahankan Denis Irwin.