by

Anton dan Rio Ferdinand, Abang-Adik dari Peckham untuk Mendunia

Membaca buku-buku manajemen yang klise akan dengan cepat memberitahu kita bahwa sebuah persaingan akan melahirkan juara. Keluarga Ferdinand mendapatkan pembagian DNA sepak bola yang adil begitu sepasang abang-adik yaitu Rio dan Anton menjadi pemain profesional di lapangan hijau. 

Gen keluarga ini akan sepak bola memang memiliki kekayaan luar biasa, sepupu Rio Ferdinand, yakni Les Ferdinand, juga pernah jadi penyerang tengah Queen Park Rangers, Newcastle United dan tim nasional Inggris. Namun dinamika alami di antara sepasang abang-adik memang selalu memberikan kisah yang lebih menarik. 

Rio lahir pada 7 November 1978 dan tumbuh besar di Peckham, bagian kota London Selatan. Yang pertama kali menunjukkan bakat awalnya sebagai pesenam ketika mewakili Southwark di ajang junior London Youth Games. Namun, tidak butuh waktu lama, sepak bola segera menjadi prioritas Rio yang menemukan kesenangannya di posisi gelandang serang. Meski pada akhirnya digeser ke posisi bek tengah. 

Ketika usianya 13 tahun, dia dan keluarga menerima pinangan West Ham, salah satu klub Premier League, untuk membinanya di skuat akademi klub. Sebuah prospek besar yang dengan cepat merubah kehidupan Rio Ferdinand secara menyeluruh. Ya, saat Ia membawa West Ham United ke final Piala FA Youth Cup pada tahun 1996 silam. Meski The Hammers junior harus takluk dari Liverpool di final tersebut, Rio tetap melaju menapaki karirnya yang luar biasa. 

Dia terus mengasah kemampuannya seperti tidak peduli dengan kegagalan di kompetisi level junior yang baru dialami. Hingga akhirnya kegigihan Rio membuahkan hasil, ketika dia mendapatkan pemanggilan ke skuat senior West Ham pada matchday terakhir Liga Inggris 1995/96. Kala itu, West Ham akan menghadapi Sheffield Wednesday dan memang tidak akan tergeser lagi di posisi ke-10 klasemen Liga Inggris. Benar saja, Harry Redknapp memutuskan untuk memberi debut senior kepada Rio Ferdinand di menit ke-85 laga tersebut yang berakhir imbang 1-1. 

Namun pada November, West Ham memutuskan untuk melepasnya ke Bournemouth dengan status pemain pinjaman. Sial untuk Bournemouth, Redknapp memutuskan untuk memanggil kembali Rio ke London dengan janji akan menjadikannya pemain reguler di barisan pertahanan. Benar saja, dia menjadi pemain reguler dan mencetak gol pertamanya untuk West Ham dalam laga tandang ke markas Blackburn pada Februari 1997. 

Ketenangan dan kepiawaiannya memainkan bola di barisan pertahanan tentu membuatnya tidak terhindar dari julukan sebagai Bobby Moore yang baru. Perbandingan seperti tidak perlu diragukan karena keduanya memang punya atribut yang sama. Kedua bek ini merupakan pembaca permainan yang tanggap dan mampu memimpin pertahanan dengan solid. Tidak hanya itu, Rio juga sangat kuat di udara dan memiliki kecepatan yang luar biasa, yang sebenarnya sangat komplit untuk seorang bek tengah. Bahkan mungkin Rio bisa dibilang lebih unggul dari kapten Inggris pemenang Piala Dunia 1966 silam. 

Anton, Selalu Berada dalam Bayang-bayang Rio Ferdinand

Rio Ferdinand dan Anton Ferdinand
Rio Ferdinand dan Anton Ferdinand ketika masing-masing membela Manchester United dan Queen Park Rangers di Liga Inggris.

Sementara sang adik, Anton yang lebih muda enam tahun, sudah bergabung dengan West Ham United sejak berusia sembilan tahun. Selama di akademik, dia selalu berada di bawah bayang-bayang sang kakak, Rio Ferdinand. Dia harus bekerja lebih keras berkali lipat untuk membuktikan dirinya, kebetulan keduanya sama-sama berposisi sebagai bek tengah. Posisi yang sama di jantung pertahanan membuat banyak orang meragukannya cukup bagus untuk naik kelas ke level yang setara dengan Rio Ferdinand.

Tekanan semakin besar saat Rio melaju dengan mulus di karir juniornya dengan mulai membela tim-tim level usia Inggris. Dia melakukan debut internasional di tim senior Inggris pada November 1997 sebagai pemain pengganti di ajang persahabatan menghadapi Kamerun. Pemain yang kala itu berusia 19 tahun menjadi starter untuk pertama kalinya di tim senior Inggris pada Maret 1998 menghadapi Swiss, namun dia juga masih sering dipanggil ke tim U-21. 

Dia mulai menanjak sebagai bintang ketika membantu West Ham meraih posisi tertinggi dalam satu dekade tersebut, yakni peringkat kelima di musim 1998/99. Namun, West Ham tidak akan pernah merasakan kehebatan matang dari calon bintangnya. Rio bergabung dengan Leeds dengan Leeds pada November 2000 dengan nilai transfer £18 juta, yang saat itu merupakan rekor dunia untuk seorang pemain bertahan. 

Bagi Anton yang masih berusia 15 tahun, itu adalah hal terbaik yang bisa terjadi padanya. Dia sekarang bebas dari belenggu sang kakak yang menghambat kemajuannya; penderitaan klasik sebagai seorang adik telah sirna. Anton kini menjadi satu-satunya Ferdinand di West Ham dan dapat berkembang dengan kemampuannya sendiri.

Pada bulan Juli 2002, Rio kembali pindah, kali ini bergabung dengan Manchester United dalam kesepakatan yang memecahkan rekor transfer £30 juta. Dia memenangkan Liga Inggris dan Piala Liga di musim pertamanya, namun bulan madu itu hanya berlangsung singkat karena Rio gagal dalam tes narkoba pada September 2003. Januari berikutnya, larangan bermain selama delapan bulan dan denda £50.000 dijatuhkan oleh FA; ia harus absen di sisa musim dan Euro 2004.

Rio Ferdinand Semakin Gemilang, Anton Terus Menurun

Rio Ferdinand dan Anton Ferdinand
Rio Ferdinand ketika merayakan salah satu gelar juara Liga Inggris bersama Manchester United.

Memulai debutnya melawan Preston pada Agustus 2003, ini adalah terobosan Anton di skuat senior West Ham. Dia dua kali masuk dalam tim nasional Inggris U-18 dan mengukuhkan posisinya di tim yang menjanjikan di bawah asuhan Alan Pardew. Dia berperan penting dalam promosi klub ke Premier League pada 2004/05 dan menjadi starter reguler untuk tim U-21 Inggris.

Dia mencapai puncak karirnya pada 2005/06 ketika West Ham finis di posisi kesembilan di Premier League dan mencapai final Piala FA. Ia dinobatkan sebagai pemain terbaik Premier League pada bulan Januari, saat ia akan mengikuti seleksi untuk Piala Dunia di Jerman. Sebuah hernia merusak musimnya, namun Anton berada dalam kondisi yang sangat baik sehingga menunda operasinya. Skuat diumumkan tepat setelah operasi penyakit ini dilakukan, dan waktu pemulihan tidak memungkinkan untuk Inggris membawanya ke Jerman.

Absennya Anton menggagalkan satu-satunya peluang realistis dari kedua bersaudara ini untuk bermain bersama. Memainkan mereka di pusat pertahanan adalah prospek yang menarik; Rio mendorong ke atas, mendikte permainan tim, sementara Anton yang lebih berhati-hati memberikan perlindungan yang diperlukan. Menyaksikan tim secara langsung di Jerman merupakan hal yang paling dekat yang pernah ia rasakan selama Inggris ikut Piala Dunia.

Rio mulai mengumpulkan medali emasnya saat ia memenangkan tiga gelar Liga Premier berturut-turut dan Liga Champions pada tahun 2008 bersama Manchester United. Sementara karir Anton mengalami kegagalan karena kombinasi dari cedera, penampilan yang tidak konsisten, dan perilaku buruknya. Dia pun meninggalkan West Ham pada tahun 2008 ke Sunderland dan mulai berpindah-pindah klub tanpa hasil yang signifikan. Di samping perjalanan ke luar negeri di Turki dan Thailand, dia juga pernah bermain untuk QPR, Reading, Southend dan St Mirren.

Untuk semua kemampuan Anton, dia akan diingat terutama sebagai korban pelecehan rasis selama di QPR. Pemain Chelsea, John Terry, didenda oleh FA karena menggunakan bahasa yang kasar dan menghina. Dia kemudian dibebaskan dari tuduhan kriminal, namun pengalaman itu meninggalkan rasa tidak enak di mulut. Rio kemudian menyesali kegagalannya untuk memberikan dukungan yang lebih vokal kepada saudaranya.

Rio menikmati karier yang gemerlap dan bermain di level tertinggi, tetapi dia juga memiliki kemewahan sebagai putra tertua dan memiliki kemampuan untuk menetapkan standar keunggulannya sendiri. Anton tidak memiliki kenyamanan seperti itu, harus mengejar standar yang sangat tinggi yang telah ditetapkan sang kakak. 

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *