Bicycle Kick merupakan sebuah aksi yang menakjubkan, karena keindahan dan estetika yang dipamerkan ketika seorang pemain melakukannya. Sebuah gerakan yang selalu dinanti-nantikan para pengamat dan juga para penggemar sepak bola saat menyaksikan pertandingan, baik itu amatir atau profesional. Selama beberapa dekade, siapa pencetus bicycle kick, selalu menghadirkan perdebatan hangat karena jawabannya belum bisa dipertanggung-jawabkan, dikarenakan sudah terjadi sangat lama. Yang diterima secara luas dan akan dibahas dalam artikel ini adalah sosok penemu bicycle kick, yakni striker legendaris Brasil, Leonidas da Silva, dia salah satu yang pertama melakukan gerakan indah itu.
Seorang pemain yang selalu tampil energik karena kecepatannya membuat dia menarik perhatian hampir dua dekade penuh dalam karirnya, yakni antara tahun 1930an sampai 1950an. Leonidas adalah salah satu penyerang berkaki cepat, meskipun kurang diketahui atau dihargai oleh para fans sepak bola zaman modern, dia menjadi salah satu pesepakbola yang muncul dengan bakat alami dari pelosok Brasil.
Lahir dan besar di Rio de Janeiro, Leonidas, memulai karirnya sebagai penyerang sayap kanan, tinggi badannya memang lebih cocok untuk dimainkan di sisi lapangan, ketimbang jadi striker. Dia seorang pemain yang diberkati dengan kelincahan yang luar biasa, kecepatan dan kelenturan tubuhnya, menjadi atribut terbaiknya, yang membuatnya jadi momok untuk para lawan di depan kotak penalti.
Memulai karirnya di kancah domestik, Leonidas mengukir namanya dengan bermain untuk klub gurem di kampung halamannya, Rio de Janeiro, tim bernama Bonsucesso. Di sana, dirinya mencetak 23 gol dalam 39 pertandingan saat usianya baru menginjak 18 tahun, yang membuatnya terpilih ke dalam skuat negara bagian Rio untuk menghadapi Sao Paulo di kompetisi antar-negara bagian Brasil. Dia mencetak dua gol dalam satu-satunya penampilan di kompetisi itu, yang membawa Rio menyingkirkan Sao Paulo dengan skor 3-0.
Awal Karir Leonidas di Klub Gurem
Di klub bernama Bonsucesso inilah Leonidas pertama kali menunjukkan gerakan bicycle kick yang menjadi judul artikel ini. Aksi indah penuh pesona ini terjadi saat Bonsucesso menghadapi Carioca pada April 1932, dan setelah laga ini, bicycle kick seperti menjadi ciri khas Leonidas di sepanjang karirnya untuk mencetak gol. Setahun setelah bela Bonsucesso, Leonidas juga berhasil memperkenalkan tendangan sepeda ini ke negara Amerika Latin lainnya, yakni Uruguay yang satu kompetisi dengan Chile kala itu.
Yang membuat namanya makin besar sebagai pemain yang mempopulerkan bicycle kick, khususnya domisili Amerika Latin. Namun untuk Brasil sendiri, para pengamat baru menyadari kemampuan Leonidas saat dia membela negara bagian Rio de Janeiro di turnamen antar-negara bagian menghadapi Sao Paulo.
Penampilannya menghadapi Sao Paulo benar-benar membuat para pencari bakat tim nasional Selecao terpikat. Dan pada tahun 1932 itu pula, dia langsung mendapatkan pemanggilan pertamanya untuk mengenakan jersey kuning untuk Timnas Brasil. Meski tidak langsung bermain dan jadi andalan untuk tim nasional, hal tersebut tidak menyurutkan performanya di kancah domestik.
Oleh karena itu, dia mendapatkan kembali pemanggilan sekali lagi ke tim nasional di tahun 1933, dan bermain menghadapi Uruguay di turnamen bernama Rio Branco. Diselenggarakan di kota Montevideo, dia mencetak kedua gol Brasil saat menyegel kemenangan 2-1, yang membuat namanya makin dikenal, tidak hanya di Brasil, tapi juga di negara tetangga, Uruguay. Dengan klub raksasa Uruguay, Penarol langsung bergerak merayunya untuk bisa bergabung secepat mungkin. Dia pun bermain untuk Penarol selama satu tahun dengan catatan 11 gol dari 16 penampilan di liga domestik. Setelah itu, dia kembali ke kampung halamannya saat Vasco de Gama datang menyatakan minatnya.
Saat berseragam Vasco de Gama, dia berhasil membawa timnya ke Kejuaraan Negara Bagian Rio, sebuah turnamen yang paling bergengsi di sepak bola Brasil pada tahun 1930-an. Performanya bersama Vasco de Gama ini yang membuatnya mendapatkan satu tempat di skuat senior Timnas Brasil untuk edisi kedua Piala Dunia. Sejarah Leonidas di panggung Piala Dunia cukup unik. Saat pertama kali membela Brasil di Piala Dunia 1934, dia hanya tampil sekali, setelah negaranya kalah 3-1 di ronde pertama dari Spanyol. Brasil saat itu mencetak satu gol saja di Piala Dunia 1934, dan gol tunggal itu dicetak oleh Leonidas, namun tetap saja, ini sebuah noda hitam karena negaranya langsung tersingkir.
Leonidas Memperkenalkan Bicycle Kick di Piala Dunia 1938
Jika Piala Dunia pertamanya tahun 1934 adalah sebuah kenangan yang harus dilupakan sesegera mungkin, penampilan keduanya mungkin akan jadi sebuah warisan luar biasa. Diadakan di Prancis, Leonidas memulai Piala Dunia 1938 sebagai salah satu pemain yang sudah besar namanya dan kerap kali jadi momok untuk barisan pertahanan lawan. Tim Brasil juga datang sebagai tim favorit untuk edisi kali ini, berbeda dengan Piala Dunia 1934 sebelumnya. Memulai partai perdana Piala Dunia 1938 di Strasbourg, Leonidas menjadi mesin gol untuk Brasil saat menghadapi Polandia, sebuah pertandingan yang kelak akan jadi salah satu yang paling seru dalam sejarah Piala Dunia.
Leonidas mencetak hat-trick di babak pertama yang membuat Brasil turun minum dengan keunggulan 3-1, namun Polandia tidak mau tinggal diam. Mereka bangkit dan bahkan menyamakan kedudukan 4-4 yang membuat pertandingan mendadak jadi panas dan harus diteruskan hingga babak perpanjangan waktu.
Tapi Brasil tidak menyerah, Leonidas juga mencetak satu gol lagi yang membuat Brasil unggul. Dia juga mengkreasi serangan yang berbuah satu gol lagi yang dicetak oleh rekan setimnya, Romeu, di saat Polandia juga menambah satu gol lagi. Pertandingan itu berakhir dengan skor sengit 6-5 untuk kemenangan Brasil. Luar biasanya lagi, empat golnya di pertandingan tersebut, bukanlah satu-satunya momen yang membuat namanya semakin dikenal sebagai bintang internasional di Piala Dunia.
Pada babak perempatfinal, Brasil berhadapan dengan negara yang cukup kuat kala itu, yakni Cekoslowakia. Selecao harus puas dengan hasil imbang 1-1 di mana, Leonidas kembali mencetak satu-satunya gol untuk negaranya. Di sinilah dirinya membuat semua penonton di tribun terdiam kagum, termasuk wasit yang bertugas memimpin pertandingan tersebut. Saking uniknya bicycle kick saat Leonidas mencetak gol, wasit saja sampai tidak yakin apakah itu gol legal dalam aturan permainan.
Media Prancis bernama Paris Match juga memberikan pujian setinggi langit untuk sang penyerang. “Apakah dia berbaring di tanah atau melayang di udara, pemain yang lentur itu memiliki bakat luar biasa dalam mengendalikan bola dan melepaskan tembakan dengan gaya yang tidak biasa,” bunyi pernyataan Paris Match.
Kendati momen bicycle kick itu akhirnya dipertontonkan ke khalayak dunia di pentas paling besar sepak bola di muka bumi ini, hasil imbang 1-1 membuat Brasil dan Cekoslowakia harus menjalani pertandingan ulang. Masih digelar di Bordeaux, Leonidas lagi-lagi menunjukkan kualitasnya dengan menjadi pembuka skor untuk Brasil yang pada akhirnya Brasil berhasil ke semifinal dengan kemenangan 2-1. Namun ada awan hitam yang menyerang Timnas Brasil usai pertandingan, Leonidas harus mengalami cedera karena kebrutalan para pemain Ceko dan harus absen di laga semifinal menghadapi juara bertahan Italia di Marseille.
Dengan Leonidas cedera, Brasil seperti kehilangan sebagian besar peluangnya untuk bisa menang. Benar saja, Italia langsung mengambil keuntungan penuh dan tanpa basa-basi, menutup pertandingan semifinal dengan mengalahkan Brasil lewat skor 2-1. Italia akhirnya akan mempertahankan gelar Piala Dunia mereka untuk dua kali berturut-turut. Meski kalah karena pemain andalan cedera, semangat Leonidas tidak luntur dan dirinya bisa kembali bermain saat Brasil bermain untuk perebutan tempat ketiga di Piala Dunia 1938. Kembalinya dari cedera langsung ditandai dengan dua gol ke gawang Swedia, yang membuat Brasil menang 4-2 dan berhak atas tempat ketiga Piala Dunia. Dua gol di pertandingan perebutan tempat ketiga itu, Leonidas pun menjadi top skor untuk Piala Dunia 1938.
Setelah penampilan heroic yang dia tunjukkan di Prancis, Leonidas kembali meneruskan performa luar biasanya, kali ini untuk Flamengo, klub yang baru saja merekrutnya pada tahun 1936. Hanya setahun setelah Piala Dunia 1938, dia kemudian kembali membawa Flamengo menjuarai Kejuaraan Negara Bagian Rio. Bersama Flamengo yang terkenal hingga kini dengan jersey merah dan hitamnya, Leonidas memang menjadi sosok krusial dan juga salah satu pemain kulit hitam pertama di sejarah klub. Flamengo yang kala itu dikenal karena skuat yang bertabur bintang, Leonidas tetap mampu menonjol dan menjadi pemain terbaik di akhir musim.
Leonidas Sempat Dipenjara, tapi Masih Belum Menyerah
Namun, pada tahun 1941, Leonidas harus dipenjara selama delapan bulan karena memalsukan dokumen yang membuatnya bebas dari wajib militer. Setelah dibebaskan dari penjara, dia pun sudah berstatus tanpa klub alias meninggalkan Flamengo. Lalu, dia pun menerima pinangan Sao Paulo, klub pertamanya di Brasil, namun di luar kampung halamannya.
“Dengan bantuan Mario Americo – legendaris Sao Paulo – saya bisa lepas dari kekecewaan yang menimpa saya saat itu. Saya meninggalkan penjara dan kembali ke karir saya sebagai pesepakbola. Sekembalinya ke rumah, tentu saja Rio de Janeiro, Teman saya Silvio Caldas dan anggota dewan dari Sao Paulo, Porfirio dan Roberto Gomes Pedroza, direktur Sao Paulo, menawarkan proposal agar saya gabung Sao Paulo. Awalnya saya ogah harus keluar dari Rio, apalagi di usia saya, tapi orang-orang Sao Paulo meyakinkan saya bahwa tidak ada yang berubah. Mereka mewujudkan itu semua,” ucap Leonidas dikutip dari situs resmi Sao Paulo.
Meski sudah hampir setahun mendekam di penjara, dan baru keluar bermain lagi, Leonidas seperti tidak kehilangan sentuhannya. Dia masih bisa melakukan trik-trik termasuk bicycle kick yang terkenal sekarang. Bahkan mulai banyak dipelajari oleh para pemain top dunia, yang kelak juga jadi legenda dalam permainan paling terkenal dunia ini.
Di tahun 1942 misalnya, dia mencetak gol fantastis saat Sao Paulo menghadapi Palmeiras, lalu enam tahun kemudian, ada bukti foto dari kejeniusannya saat mencetak gol serupa dalam kemenangan 8-0 atas Juventus, klub raksasa Serie A Italia. Tapi tahun-tahun saat dia membawa Sao Paulo menggilas Juventus adalah tahun-tahun terakhir dalam karirnya. Pada 1950, dia mengakhiri karir bermainnya dengan total mencetak 250 gol dari 300 pertandingan untuk klub dan negara, sebuah perjalanan karir profesional selama 20 tahun.
Kini kita bisa melihat pemain-pemain hebat seperti Ronaldo, Ronaldinho, Romario, Zico dan Pele yang memenuhi semua cerita bersejarah di sepak bola Brasil. Tapi Leonidas juga punya peran besar bahkan bukan untuk Brasil semata, tapi juga di seantero Amerika Selatan. Bicycle Kick yang dia populerkan hanyalah sebagian dari kehebatannya, karena inti dari keunggulannya adalah mampu membawa klub dan negaranya Berjaya. Leonidas da Silva adalah seorang legenda, visioner, pelopor, mari kita kenang selamanya.
Comment