Bolazola – Menyerahkan Piala Dunia 2022 ke Qatar adalah “kesalahan” dan “pilihan buruk” menurut mantan presiden FIFA Sepp Blatter, yang telah berulang kali mengklaim keputusan itu adalah hasil dari tekanan politik rahasia.
Blatter mengatakan turnamen empat tahunan tersebut diserahkan ke negara Teluk itu karena tindakan mantan presiden UEFA, Michel Platini, di bawah tekanan dari presiden Prancis saat itu, Nicolas Sarkozy.
“Bagi saya sudah jelas: Qatar adalah sebuah kesalahan. Pilihannya buruk,” kata Sepp Blatter kepada surat kabar Swiss Tages-Anzeiger.
“Pada saat itu, kami sebenarnya sepakat di komite eksekutif bahwa Rusia harus mendapatkan Piala Dunia 2018 dan Amerika Serikat pada 2022. Akan menjadi isyarat perdamaian jika dua lawan politik lama menjadi tuan rumah Piala Dunia satu demi satu,” sambungnya.
Ditanya mengapa Qatar adalah pilihan yang buruk, Sepp Blatter tidak menyebutkan masalah hak asasi manusia yang menggantung di turnamen, tetapi menambahkan: “Ini negara yang terlalu kecil. Sepak bola dan Piala Dunia terlalu besar untuk itu.”
Sepp Blatter mengatakan bahwa rencana FIFA terganggu oleh Platini, mengklaim bahwa orang Prancis itu berperan penting dalam mengarahkan empat suara dari negara-negara Eropa ke Qatar, setelah tekanan dari Sarkozy.
“Berkat empat suara Platini dan timnya (UEFA), Piala Dunia pergi ke Qatar daripada Amerika Serikat. Itu yang kebenarannya,” papar Sepp Blatter tentang hasil pemungutan suara 14-8 melawan Amerika Serikat.
“Platini mengatakan kepada saya bahwa dia telah diundang ke Istana lysée, tempat presiden Prancis Sarkozy baru saja makan siang dengan Putra Mahkota Qatar,” ungkap Blatter.
“Sarkozy berkata kepada Platini: ‘Lihat apa yang Anda dan rekan Anda dari UEFA dapat lakukan untuk Qatar ketika Piala Dunia diberikan’. Saya kemudian bertanya kepadanya: ‘Dan sekarang?” tandasnya kemudian.
Menurut Blatter, ketika dia menanyakan hal ini, jawaban Platini adalah ‘Sepp, apa yang akan Anda lakukan jika presiden Anda meminta sesuatu dari Anda?’. Kemudian Blatter mengatakan kepadanya bahwa pertanyaan itu tidak muncul untuknya karena tidak memiliki presiden di Swiss.
Platini diinterogasi oleh pejabat Prancis pada 2019 sebagai bagian dari penyelidikan proses penawaran untuk 2022. Mantan pemain timnas Prancis itu mengakui bahwa pertemuan dengan Sarkozy memang terjadi, tetapi menyangkal bahwa suaranya terpengaruh.
Pada 2013, ia mengatakan kepada awak media: “Saya tahu Sarkozy ingin orang-orang dari Qatar membeli PSG. Saya mengerti bahwa Sarkozy mendukung pencalonan Qatar. Tapi dia tidak pernah meminta saya, atau untuk memilih Rusia (untuk 2018). Dia tahu kepribadian saya. Saya selalu memilih apa yang baik untuk sepak bola. Bukan untuk saya sendiri, bukan untuk Prancis.”
Sementara itu, Sarkozy memilih untuk tidak mengomentari tuduhan Piala Dunia.
Sepp Blatter, dalam wawancara pertamanya sejak dia dan Platini dibebaskan dari tuduhan pada bulan Juli juga menyerang penggantinya di FIFA, mengkritik Gianni Infantino karena tinggal di Qatar menjelang turnamen.
Infantino pindah dari Swiss ke Doha tahun lalu dan Blatter mengungkapkan bahwa langkah itu dapat membahayakan keputusan Infantino.
“Yang saya heran: mengapa presiden baru FIFA tinggal di Qatar? Dia tidak bisa menjadi kepala organisasi Piala Dunia lokal. Itu bukan pekerjaannya. Ada dua panitia penyelenggara untuk ini, yaitu satu lokal dan satu dari FIFA,” tutur Sepp Blatter.
“Presiden FIFA harus memiliki pengawasan tertinggi. Contoh: ada usulan untuk menyiapkan dana bagi para pekerja yang meninggal dan yang ditinggalkan. Qatar mengatakan tidak. Apa yang harus dikatakan FIFA jika presiden mereka berada di kapal yang sama dengan Qatar?” pungkas mantan presiden FIFA tersebut.
Comment