Duet yang hebat, baik itu untuk penyerangan atau pertahanan, sangat sulit didapat dalam sepak bola. Pasti selalu ada salah satu dari keduanya gagal menyeimbangkan ritme permainan rekan duetnya. Tapi bukan berarti tidak ada sama sekali. Kita pernah menyaksikan Rio Ferdinand dan Nemanja Vidic yang menjadi tulang punggung kesuksesan Manchester United selama delapan tahun mereka berduet di jantung pertahanan.
Dominasi mereka dimulai pada 2006 ketika pemain Serbia itu tiba di Old Trafford dari Spartak Moscow. Mereka berakhir pada 2014, berpisah setelah hampir satu dekade bersama-sama dkenal sebagai duet terbaik sepanjang sejarah Liga Inggris. United sendiri masih merasakan efek dari kepergian duo bek terbaik mereka hingga kini. Bahkan, José Mourinho, seorang pelatih yang membangun timnya dari pertahanan, telah menyatakan bahwa klub membutuhkan duet bek terbaik yang sepadan dengan Ferdinand atau Vidic.
Rekrutan terbarunya, Eric Bailly, sejak awal datang langsung dibanding=bandingkan dengan Ferdinand, tetapi masalah cedera telah membatasi kemajuannya. Chris Smalling telah menjadi sosok yang dijagokan sejak kedatangan Louis van Gaal pada tahun 2014, namun dia juga memiliki masalah yang sama, sering cedera. Begitu juga dengan Phil Jones, Marcos Rojo dan bahkan Jonny Evans – yang pergi pada tahun 2015. Semuanya tidak mampu mereplikasi performa terbaik secara konsisten, sebagian besar karena cedera atau kecerobohan yang ekstrem.
Namun artikel ini bukan membicarakan tentang para pemain yang gagal meniru para pendahulunya. Sebaliknya, kita akan mengenang tentang delapan tahun yang luar biasa dari duet bek tengah terbaik, bek Inggris dan Serbia yang saling bahu-membahu menjaga kehormatan Manchester United.
Awal Mula Duet Rio Ferdinand dan Nemanja Vidic

Pada tahun 2005 ketika Man United asuhan Sir Alex Ferguson berhasil mengalahkan Fiorentina dalam perburuan Nemanja Vidic adalah awal dari semuanya. Fergie, begitu dia akrab disapa, mendatangkan Vidic lantaran Fiorentina tidak memiliki slot non-UniEropa lagi jika mendatangkan bek asal Serbia itu. Padahal La Viola sudah sepakat dengan Spartak Moscow soal harga. Mantan kepala tim Florence, Pantaleo Corvino, bahkan mengenang momen dirinya membeli sebuah tas mahal merk Italia sebagai suvenir ucapan selamat atas kesepakatan awal yang dicapai kepada klub Rusia, Spartak.
Lalu selanjutnya adalah langkah tepat dan cepat Fergie yang akan selalu dikenang dalam sejarah perjalanan klub Setan Merah. Klub meresmikan perekrutan Vidic pada Januari dan sebulan kemudian, memainkan pertandingan debutnya untuk Man United. Musim 2005/06, Vidic mencatat 16 penampilan di semua kompetisi, meski kebanyakan datang sebagai pemain pengganti.
Baru pada awal musim 2006-07 dia mulai dipasangkan dengan Rio Ferdinand di jantung pertahan, dan mereka pada akhirnya membuat kemitraan yang paling rapat di sepak bola Eropa. Setelah melihat Chelsea asuhan Mourinho mendominasi kancah Liga Premier selama dua musim sebelumnya, chemistry Ferdinand dan Vidic bersama-sama akan membantu Setan Merah menjadi penantang serius gelar juara Liga Inggris serta mencapai semi-final Liga Champions dan finis sebagai runner-up di Piala FA. Kontribusi pertahanan mereka yang menakjubkan membuat mereka hanya kebobolan 27 gol liga, dan bakat menyerang yang berkembang dari Wayne Rooney dan Cristiano Ronaldo membuat Man United semakin superior.
Kiper Edwin van der Sar bahkan bisa dibilang punya pekerjaan yang menjadi mudah dengan dua bek tengah di depan, serta bek sayap yang selalu ada di sekitarnya, Gary Neville dan Patrice Evra. Kelima pemain termasuk kiper, semuanya berhasil masuk ke susunan Tim Terbaik Liga Inggris musim 2006/07. Sebuah awal yang baik dari kemitraan Ferdinand dan Vidic. Namun musim berikutnya, semua hanya menjadi lebih baik dan lebih baik lagi.
Musim 2007-08 melihat Ferdinand dan Vidic menjadi nama yang paling sering ada di starting line-up United. Mencatat 41 kali starter bersama di semua kompetisi, statistik yang lebih banyak dari sebelumnya. Ferdinand juga berkesempatan mengambil ban kapten karena masalah cedera Gary Neville, yang memaksanya hanya tampil satu kali sebagai pemain pengganti sepanjang musim.
Pada akhir musim, Man United berhasil dibawanya mempertahankan gelar juara Liga Inggris dengan sangat tegas. Hanya kebobolan 22 gol dan memiliki selisih gol +58 – tertinggi kedua dalam sejarah Liga Inggris, pasangan ini juga mempertahankan tempat mereka di Tim Terbaik Liga Inggris. Musim yang sangat sukses jika kita berpindah ke kancah Eropa.
Di panggung Eropa, United semakin menegaskan kekuatan superior mereka dengan mengalahkan Chelsea di final Liga Champions di Moskow. Mereka menaklukkan klub-klub seperti Barcelona,Roma dan Lyon untuk mencapai final, dengan kebobolan hanya enam gol dalam 13 pertandingan. Kehebatan mereka di lini belakang membuat Ferdinand-Vidic mendapat pujian tinggi dari seluruh dunia dan mereka disebut-sebut sebagai salah satu duet bek terbaik dalam sejarah olahraga kulit bundar ini.
Satu-satunya kemitraan lain di era Liga Inggris yang mendekati duo terbaik ini, dalam hal kesuksesan di dalam dan luar negeri, mungkin itu milik Chelsea yakni John Terry dan Ricardo Carvalho, yang membantu klub menciptakan dinasti domestik baru di bawah Roman Abramovich. Perbedaan utamanya adalah bahwa pasangan United tidak memiliki gelandang rajin kelas dunia dari Claude Makélélé di depan lini pertahanan. Sebaliknya, tugas bertahan sebagian besar diserahkan kepada Michael Carrick, Darren Fletcher, Anderson dan Paul Scholes – pemain dengan kemampuan yang cukup besar dalam penguasaan bola dan dalam menyerang tetapi tanpa keterampilan melindungi yang dimiliki oleh Makelele di Chelsea.
Memasuki musim berikutnya sebagai juara di dalam dan luar negeri, kemitraan di lini belakang kini lebih dihormati dari sebelumnya. Mereka akan memperkuat warisan mereka musim itu karena mereka hampir 1.311 menit tanpa kebobolan di liga dengan kata lain 11 pertandingan nirbobol dan hampir empat bulan sepak bola Liga Premier bergulir. Luar biasa sekali.
Mereka bak dua ekor naga yang saling menjaga tahta kerajaan Sir Alex Ferguson di Old Trafford agar tidak didekati oleh musuh. Ferdinand naga pertama dan keduanya adalah Vidic, seperti di film-film kerajaan. Ferdinand adalah sosok yang tenang, bek tengah yang pandai menjaga bola di kakinya, sementara Vidić sosok yang tegas, pemain yang tidak mau buang-buang waktu untuk omong kosong, agresif, tekel dan duel udara menjadi keterampilannya. Keduanya saling melengkapi dan bersama-sama, membuat gawang Edwin van der Sar – yang padahal kiper top juga – jadi sulit ditembus lawan.
Keretakan dari Duet Sempurna Ferdinand-Vidic Mulai Terlihat

Namun, pada musim semi 2009, retakan mulai terlihat. Setelah memecahkan rekor mereka, saingan gelar dan musuh abadi, Liverpool, datang ke Old Trafford dalam upaya untuk mengklaim posisi teratas di liga. Setelah memimpin melalui penalti Cristiano Ronaldo di babak pertama, panggung tampak disiapkan untuk United yang memastikan gelar liga ke-12 berturut-turut. Namun hanya delapan menit kemudian, tekanan dan semangat tinggi Fernando Torres membuat Vidic repot dan kehilangan konsentrasi. Dia terlihat membiarkan striker Timnas Spanyol itu tanpa penjagaan dan menyamakan kedudukan.
Pelanggaran Patrice Evra terhadap Steven Gerrard di kotak penalti hanya beberapa menit sebelum turun minum, membuat Liverpool memimpin 2-1 dari titik penalti. Hari itu, tanggal 14 Maret 2009, semakin kelam untuk Vidić. Dia kemudian diusir keluar lapangan oleh wasit karena menjatuhkan kapten Liverpool saat berlari. Ferdinand tidak berdaya setelah Vidic keluar, dengan Liverpool menambah gol lewat Fábio Aurélio. Sebelum laga berakhir, Dossena mencetak gol keempat The Reds yang memastikan kekalahan telak 4-1 untuk Man United di Old Trafford.
Hasilnya, bagaimanapun, hanya terbukti menjadi tamparan yang menyadarkan Man United bahwa mereka tidak boleh terlena dengan kedigdayaan mereka dalam memburu gelar juara. Beruntung, Mereka masih bisa memenangkan liga dengan selisih empat poin atas Liverpool di posisi kedua. Dan sekali lagi, Vidić dan Ferdinand masih mendapatkan tempat di Tim Terbaik Liga Inggris PFA Musim Ini.
Mereka juga memiliki kesempatan untuk menyegel treble dan gelar Liga Champions kedua berturut-turut yang bersejarah saat mereka menghadapi Barcelona di final di Roma. Final di Stadio Olimpico bisa dibilang menandai pergantian penjaga di pucuk pimpinan sepak bola Eropa saat Barcelona mengalahkan lawan-lawan Inggris mereka dengan penemuan kembali gaya tiki-taka yang dikuasai Pep Guardiola. Keberhasilan 2-0 yang gemilang, di mana duo di belakang terhipnotis oleh Barcelona dalam serangan, yang kemudian benar-benar menjadi titik balik dari duet terbaik Ferdinand-Vidic.
Hasil di Roma pada akhirnya akan mengakhiri kemitraan yang luar biasa ini di lini belakang. Diikuti dengan inkonsistensi, cedera, dan munculnya bakat-bakat yang lebih muda dan lebih segar akan menempatkan posisi mereka dalam bahaya. United harus merelakan gelar Liga Inggris musim 2009/10 ke Chelsea, meski akan kembali memenangkannya setahun kemudian, di mana Vidic menjadi kapten tim dan juga menjadi Pemain Terbaik Liga Inggris. Ferdinand mulai sering absen di musim ini.
Mulai Jarang Diduetkan dan Tinggalkan Manchester United

Musim 2011/12, Vidic dan Ferdinand mulai jarang dipasang bersamaan. Sang kapten, Ferdinand sering mengalami cedera lutut yang membuat kariernya terancam. Akhir musim, mereka harus kembali kehilangan gelar juara Liga Inggris, rival sekota Manchester City yang jadi kampiun. Selain karena cedera, Ferdinand makin sulit masuk ke starting line-up. Lantaran munculnya bek-bek muda seperti Phil Jones, Jonny Evans, bahkan Chris Smalling. Ketiga bek tengah ini silih berganti menjadi mitra Vidic di barisan pertahanan.
Musim 2012/2013 yang menjadi tahun terakhir Sir Alex Ferguson, Manchester United berhasil kembali mengakhiri kompetisi dengan kampiun Liga Inggris.
David Moyes datang sebagai pengganti ternyata tidak mampu mereplikasikan era Sir Alex Ferguson. Semuanya bertambah runyam untuk fans Setan Merah saat Vidic memutuskan untuk gabung Inter Milan pada musim panas 2014. Dia bergabung dengan status bebas transfer, karena kontraknya di Old Trafford berakhir. Hal serupa juga dilakukan oleh Rio Ferdinand, yang memutuskan gabung Queen Park Rangers.
Setelah bermusim-musim bersama, dengan total 200 penampilan bersama dan 10 penghargaan utama, Manchester United harus mengucapkan selamat tinggal pada duet terbaik di jantung pertahanan sepanjang sejarah sepak bola itu. Berkelas dan kuat di puncak kekuasaan mereka khususnya pada periode tahun 2006 sampai 2009.
Duet ini masuk jajaran pasangan bek terbaik dunia yang melegenda seperti Baresi dan Maldini dari AC Milan pada 1990-an, Picchi-Burgnich dari era Grande Inter pada 1960-an, Piqué dan Puyol di Barcelona dan beberapa lainnya.
Comment