Bolazola Pada tahun 2005 silam, kru film yang dipimpin oleh Philippe Parreno dan Douglas Gordon memutuskan untuk mempelajari setiap gerakan Zinedine Zidane ketika bertanding. Ya, mereka berniat untuk membuat sebuah film dokumenter tentang kehebatan sang legenda yang sudah rilis pada 2006 dengan durasi 1 jam 30 menit, berjudul ‘Zidane: A 21st Century Portrait’.
Film ini adalah sebuah proyek ambisius yang menggunakan 17 kamera yang berbeda untuk merekam aksi superstar asal Prancis dalam pertandingan kandang Real Madrid menghadapi Villarreal pada musim 2004/2005 silam. Dengan rekaman dari belasan kamera yang disatukan, terlihat bagaimana sang pemain bernomor punggung lima ini bernafas, berkeringat dan setiap momen detil dalam laga tersebut.
Ini memang salah satu film yang menarik untuk para pecinta sepak bola, secara artistik sangat mengesankan dan dieksekusi dengan baik dan juga ambisius. Kebetulan, pertandingan tersebut menjadi salah satu yang terbaik, dengan Juan Roman Riquelme mencetak gol penalti di babak pertama untuk Villarreal, sebelum Ronaldo (Brasil) dibantu oleh Zidane, beserta Michael Salgado, mencetak gol-gol yang memberikan kemenangan 2-1 untuk Los Blancos. Terdapat juga tiga kartu merah, yang salah satunya bahkan diberikan kepada Zidane pada menit ke-90.
Memang, film ini terbilang berhasil membuahkan tontonan menarik. Namun, menurut rating dari IMDB, hanya mendapat 6.1/10 yang sebenarnya bisa saja lebih baik. Ya, film ini akan lebih baik jika seandainya Philippe Parreno dan Douglas Gordon mau menunggu hingga 1 Juli 2006, hari di mana Zidane benar-benar menari di tengah lapangan hijau.
Tanggal tersebut hari di mana perempatfinal Piala Dunia 2006 berlangsung, ketika Prancis menghadapi lawan yang berat, yakni Brasil. Sebuah pertandingan di mana para pemenang dari dua edisi Piala Dunia sebelumnya (Prancis 1998 dan Brasil 2002), harus saling bertarung demi satu tempat di semifinal Piala Dunia 2006. Dilangsungkan di Frankfurt, Jerman, para penonton benar-benar disuguhkan dengan penampilan terbaik sang gelandang, yang mana juga akan menjadi turnamen terakhirnya bersama tim nasional.
Pengumuman pensiun dari tim nasional sudah diungkapkan Zidane sebelum turnamen, jadi, kekalahan di perempatfinal, bisa saja menjadi penampilan terakhirnya. Kendati berjuang hingga tetes darah penghabisan, Zidane tetap terlihat sama, seperti kala dirinya masih anak-anak, bermain di sebuah taman Marseille, yang tenang, nakal dan hanya ingin bersenang-senang.
“Saya tidak bisa melanjutkannya walau satu tahun lagi, sudah tiga tahun sejak kami (di Real Madrid) memenangkan segalanya, dan dua di antaranya, saya tidak bermain seperti yang saya inginkan. Saya sadar, saya tidak akan bermain lebih baik dari yang saya lakukan beberapa tahun lalu,” ucap Zidane mengumumkan pensiunnya dari tim nasional tiga bulan sebelum Piala Dunia 2006 berlangsung.
Aksi Zidane Mempermalukan Brasil di Piala Dunia 2006
Serempak para fans mengamini apa yang dikatakan sang legenda, mereka melihat Prancis yang membuka perjalanan di Piala Dunia 2006 dengan tidak solid. Hingga akhirnya, semua kritikan yang mengarah tepat ke Zidane, semua terbantahkan, ketika Prancis masuk ke perempatfinal menghadapi Brasil pada 1 Juli 2006.
Setelah berpelukan dan tertawa bersama rekan setimnya di Real Madrid, Ronaldo yang kala itu mengenakan jersey Brasil, Zidane yang mengenakan sepatu berwarna emas, mulai bergerak dan mengalirkan bola. Melakukan backheel melaleuca celah yang sangat kecil di antara Ze Roberto dan Kaka, berbelok ke kotak penalti, meluncur melewati tekel-tekel Brasil, Zidane adalah pemain yang sangat berbahaya untuk juara bertahan Piala Dunia 2002 itu.
Baca juga : Melihat 12 Bulan di Everton yang Mengubah Gary Lineker jadi Striker Kelas Dunia
Sentuhan Zidane malam itu sangat sempurna, melampaui akal semua orang, yang bahkan sejak fase grup Piala Dunia 2006, terus mengkritik permainannya yang dinilai menurun drastis. Sejatinya, apa yang dilakukan oleh gelandang hebat ini adalah hal-hal sederhana dengan sangat tenang dan penuh percaya diri. Dia melambungkan bola melewati para lawan yang ada menghadang, tidak tergesa-gesa, amat tenang, sampai orang-orang mengira dia tidak peduli bahwa laga tersebut penentu untuk ke semifinal Piala Dunia. Bahkan jika kamu melihat laga Prancis vs Brasil pada 2006 silam, seperti iklan apparel olahraga.
Namun, hal-hal yang dilakukan Zidane lebih dari sekadar menyenangkan secara estetika. Ada tujuan dari semua keindahan itu. Semua pergerakannya, operannya dan cara Zidane menggiring bola, membuat Prancis terus menyerang dan membuka pertahanan Brasil. Contoh paling jelas ketika peluang di babak pertama pada menit 44, Zidane melepaskan umpan seperti umpan rugby kepada Patrick Vieira, yang hampir saja membuahkan gol.
Memasuki babak kedua, aksi Zidane akhirnya membuahkan gol, bukan hanya membuka keunggulan pertama tapi juga satu-satunya yang terjadi dalam laga penting ini. Awal babak kedua, aksi pertama memukau Zidane ketika ia membiarkan bola menghantam ujung sepatu emasnya sehingga berputar melewati kepala Ronaldo, sahabatnya di Real Madrid, lalu memberikan umpan kepada Eric Abidal di sisi kiri. Yang mana pergerakan ini akan memberikan tendangan bebas kepada Prancis. Yang kemudian menjadi aksi selanjutnya membuahkan gol berawal dari eksekusinya pada bola mati tersebut.
Sudah bermain bersama Thierry Henry sebanyak 54 pertandingan internasional, keduanya ternyata belum pernah saling sumbang kontribusi dalam mencetak gol. Namun semua itu berubah pada menit ke-57, ketika Zidane melambungkan bola dari tendangan bebas ke arah tiang gawang dari jarak jauh, yang berhasil ditambahkan oleh Henry, Dida benar-benar tidak berdaya.
Dengan keunggulan 1-0 itu, Prancis pun berpikiran untuk menjauhkan bola dari para penyerang wakil Amerika Latin itu sebisa mungkin. Terlihat jelas, para pemain Les Blues kala itu berpikir sederhana, yakni memberi bola kepada Zidane. Dia akan melindungi bola, dia akan melakukan yang seharusnya diselesaikan. Lini tengah benar-benar menjadi miliknya, dia yang memutuskan siapa yang bisa masuk, siapa yang dapat berlari di area ini. Akhirnya kemenangan 1-0 pun tersegel hingga laga usai, tugas Zidane selesai.
Piala Dunia 2006 Memang Perpisahan Manis dari Zidane
Setelah pertandingan, pelatih kepala Brasil saat itu, Carlos Alberto Parreira dalam jumpa pers mengatakan bahwa ini mungkin penampilan terbaik Zidane dalam 8 tahun terakhir. Memang, pelatih Brasil itu mungkin memang benar. Penampilan luar biasa Zidane di Piala Dunia di Jerman menciptakan sebuah narasi yang, jikalau tanpa tandukan bola di final, sang kapten Prancis telah memastikan mencapai puncaknya dengan turnamen yang luar biasa.
“Menonton Xavi seperti menonton film semenarik The Matrix, sementara menonton Zidane seperti menonton Pathe News,” kata seorang jurnalis asal Spanyol di musim sebelumnya. Oleh karena itu, penampilan sang maestro di fase gugur di Piala Dunia 2006 membuat semua orang terkejut. Yang kemudian harusnya disadari, bahwa ada yang tidak normal.
Ini adalah kisah tentang seorang pemain yang meningkatkan permainannya untuk sebuah kesempatan besar, bersemangat dengan prospek untuk memukau dunia sepak bola demi perpisahan manis untuk terakhir kalinya, yang ia lakukan dengan sangat baik malam itu di malam perempatfinal Piala Dunia 2006 di Frankfurt.
Penampilannya adalah salah satu yang akan diputar ulang berkali-kali, dibedah dalam buku-buku pelajaran sepak bola dan dihormati dalam kitab suci sepak bola. Jika saja Parreno dan Gordon dapat mengabadikan penampilan ini dengan 17 kamera yang difokuskan pada Zidane, maka hal itu juga akan diabadikan dalam film sepak bola.
Comment