by

Kilas Sepabola Indonesia 2022 :  Duka Tragedi Kanjuruhan

Bolazola– Mengawali bulan Oktober 2022, Tragedi Kanjuruhan menghantam sepakbola Indonesia. Akibat kesalahan pihak keamanan, panpel, PSSI hingga PT LIB, total 135 orang meninggal dalam Tragedi Kanjuruhan. Meski prestasi Timnas Indonesia membaik di tahun 2022 ini, semuanya seperti hilang paska Tragedi Kanjuruhan terjadi. Hingga bulan Desember 2022 ini, kampanye Usut Tuntas Tragedi Kanjuruhan terus dihidupkan oleh suporter di seluruh Indonesia.

Liga 1 musim 2022/2023 kembali pada format normal, yaitu kandang dan tandang. Antusiasme datang dari berbagai fans di seluruh klub Liga 1.

Apalagi, sudah 2 tahun, penonton tak bisa datang dan menonton pertandingan langsung di stadion. Meski sudah ada pembatasan kapasitas, penonton selalu berusaha memadati stadion di Liga 1.

Puncaknya terjadi pada laga Arema FC melawan Persebaya Surabaya pada 1 Oktober 2022. Laga ini digelar di Stadion Kanjuruhan, kandang dari Arema FC.

Laga ini berlangsung menarik. Kedua tim ini memiliki rivalitas tinggi di sepakbola Jawa Timur. Arema FC dan Persebaya Surabaya sama-sama memiliki prestasi mentereng di sepakbola Indonesia.

Persebaya Surabaya adalah pendiri PSSI dan sudah eksis sejak era Perserikatan. Bergeser ke era Liga Indonesia, Persebaya Surabaya sudah meraih 2 kali juara Liga Indonesia.

Sementara itu, Arema FC baru berdiri di tahun 1987. Arema FC menjadi klub di Liga Galatama. Arema FC pernah juara Galatama pada tahun 1993 lalu.

Selain itu, Arema FC juga pernah juara Liga Indonesia sekali pada tahun 2010 lalu. Pada ajang Piala Indonesia, Arema FC sudah 2 kali juara Piala Indonesia dan 3 kali juara Piala Presiden.

Kedua klub ini sedang tak baik-baik saja di Liga 1 musim 2022/2023. Arema FC masih terbata-bata dibawah pelatih Javier Rocca. Sementara itu, Persebaya Surabaya kedodoran karena banyak pemain inti pindah di akhir musim Liga 1 2021/2022.

Sedang limbung, laga ini tetap menarik. Namun, Persebaya Surabaya lebih kuat di laga ini. Persebaya Surabaya menang dengan skor 2-1 atas Arema FC.

Kekalahan ini memantik ‘emosi’ dari Aremania, fans fanatik Arema FC. Namun, yang terjadi setelahnya adalah duka bagi sepakbola Indonesia.

Terjadi kegagalan pengamanan oleh pihak Kepolisian. Ketika Aremania turun ke lapangan, pihak keamanan dan Kepolisian, memberikan tindakan keras kepada Aremania.

Tindakan keras ini berupa penembakan gas air mata ke penonton. Tak hanya kepada penonton di lapangan, tapi juga ke tribun penonton.

Alhasil terjadi kepanikan dan mengakibatkan terjadinya desak-desakan diantara Aremania. Tak diduga, ada 135 orang yang meninggal dalam Tragedi Kanjuruhan ini.

Tragedi Kanjuruhan seketika menjadi Tragedi nasional, bahkan internasional. Beragam doa diberikan oleh seluruh fans dan pelaku sepakbola di seluruh Indonesia.

Beberapa hari setelah Tragedi Kanjuruhan, pihak Kepolisian menetapkan 6 orang tersangka. Tiga dari pihak Kepolisian, dan 2 lagi dari pihak Panpel dan satu dari PT Liga Indonesia Baru.

Namun, hingga bulan Desember 2022 ini, belum ada kejelasan atas kasus hukum Tragedi Kanjuruhan ini. Bahkan, Dirut PT Liga Indonesia, Ahmad Hadian Lukita, dibebaskan dari penahanan, meski masih berstatus tersangka.

Tragedi Kanjuruhan masih belum selesai. Namun, penyelesaian Tragedi Kanjuruhan seperti sudah selesai. Terakhir, Komnas HAM mengakui Tragedi Kanjuruhan bukan pelanggaran HAM berat.

Suporten Indonesia bereaksi atas tindakan hukum dan penyelesaian Tragedi Kanjuruhan yang tak maksimal. Aremania terus melakukan aksi di berbagai tempat di Malang. Sementara itu, fans Timnas Indonesia membuat serangkaian banner protes saat Timnas Indonesia melawan Kamboja di ajang Piala AFF 2022 lalu.  

Jalan penyelesaian Tragedi Kanjuruhan masih panjang. Hendaknya, gerakan usut tuntas Tragedi Kanjuruhan harus terus digalakan oleh semua kalangan di Indonesia, bukan hanya dari fans.

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *