Dulu kala, sepak bola Inggris sangat senang mempertahankan tradisi. Coba saja lihat tayangan ulang Piala FA tahun 1970-an, di lapangan berlumpur, bermunculan klub-klub guram pembunuh tim top, gelandang yang bermain keras, pemain sayap kuno memancing seorang bek sayap meninggalkan barisan pertahanannya, formasi 4-4-2, dan, tentu saja, penyerang dengan kaki cepat menjadi tujuan terakhir dari permainan mereka.
Anda tahu apa yang bakal Anda dapatkan ketika menyaksikan sepak bola Inggris pada 1970-an, dekade ‘paling Inggris’ untuk sepak bola Inggris. Memberikan bola ke full-back atau winger, berlari cepat ke area lawan, berharap umpan pacu yang dapat mengacaukan pertahanan lawan.
Jika itu melukiskan gambaran suram bagi para pecinta sepak bola modern saat ini, tentu saja dikarenakan memang gaya bermain tersebut sering terjadi. Tetapi dalam dekade tersebut, tidak selalu hitam-putih dan tidak ada tim mampu membantahnya lebih dari tim Liverpool yang luar biasa saat itu. Mereka melakukannya dengan, ironisnya, bantuan dari pasangan duet penyerang, yang satu bertubuh kecil dan satunya bertubuh besar yang paling terkenal dalam sejarah sepak bola.
Beberapa kemitraan secara historis memang ikonik, sampai ke titik banyak yang menganggapnya klise, seperti yang dilakukan Kevin Keegan dan John Toshack. Ada Keegan berkebangsaan Inggris, dengan tinggi 173 cm, pria yang dijuluki Mighty Mouse – saking kecilnya, dan Toshack, bertubuh bongsor 185 cm.
Di lapangan, kecocokan mereka seolah-olah memang maha karya sang pencipta atau, lebih tepatnya, visi Bill Shankly untuk membangun Liverpool menjadi “benteng tak terkalahkan.” Cuplikan lama pertandingan Liverpool dari tahun 1970-an menunjukkan keduanya saling berkolaborasi untuk mencetak gol demi gol, yang paling romantis, membawa tim bergerak maju untuk menyambut momen-momen besar yang selama mereka bermain di Anfield, kejadian terus-menerus.
Duo ini tiba di Anfield dengan selisih satu musim saja. Toshack dari Cardiff City pada awal musim 1970-71, sementara Keegan dari Scunthorpe United setahun kemudian, setelah Liverpool kalah di final Piala FA dari Arsenal, pertandingan yang cukup terkenal. Kemitraan luar biasa Toshack dan Keegan, kemudian terbukti membawa Liverpool ke masa kejayaan terbesar sepanjang sejarah klub The Reds.
Duet Keegan dan Toshack Lebih Kompak ketimbang Batman-Robin
Mereka menyesuaikan diri dengan sempurna dalam peran mereka yang tampak jelas. Steve Heighway dan Brian Hall, dua pemain sayap dalam formasi 4-4-2 Liverpool, mengirimkan umpan silang untuk disundul oleh target man Toshack, atau ke Keegan, penyerang gesit yang pergerakan dan kecepatannya hanya bisa ditangani oleh beberapa pemain bertahan yang punya kualitas terbaik. Mereka pun dengan cepat menjadi mode untuk menggambarkan pemahaman pasangan itu seolah-olah terhubung lewat telepati.
Memang, pada tahun 1974, program Televisi bernama Kick Off menguji teori bahwa kedua pesepakbola mungkin bisa berbagi pemikiran mereka secara non-verbal. Keegan dan Toshack diundang ke program tersebut dan duduk saling membelakangi. Satunya akan diberi kartu dengan bentuk dan warna di atasnya, sementara yang lain harus menebak kartu apa itu. Yang mengejutkan para penonton, dan tentu saja membuat para bos TV tersebut girang, duet penyerang legendaris Liverpool ini menebak dengan dengan benar, 10 kali dari 10 kartu yang diuji.
Tabloid sepak bola ternama di Britania Raya bernama Shoot meluncurkan salah satu edisi dengan cover kedua penyerang tersebut berpasangan, dengan kostum yang tidak menarik, sebagai ‘Batman’ yakni Toshack dan ‘Robin’ disematkan pada Keegan. Batman-Robin merupakan duo pahlawan super yang punya kekompakan luar biasa, yang kebetulan bertubuh besar dan kecil. Pada kenyataannya, duet tersebut bisa dibilang sedikit lebih canggih dari pasangan Batman-Robin.
Toshack adalah pria besar dengan kaki panjang, sementara lompatan tinggi Keegan membuatnya seringkali mencetak gol lewat sundulan. Ketimbang mengirim umpan tinggi untuk striker jangkung, Liverpool telah mengadopsi gaya bermain sepak bola berdasarkan penguasaan bola dan umpan-umpan pendek, yang dibawa bertahun-tahun sebelumnya setelah pertemuan yang menyakitkan kontra Ajax asuhan Johan Cruyff. Umpan-umpan silang dari Heighway dan Hall hanyalah satu dari segudang senjata yang dimiliki Liverpool saat itu.
Pass dan move menjadi resep besar Liverpool. Karena banyak tim Inggris mengalami gaya bermain stagnan di zaman kegelapan sepak bola sepanjang dekade 1970-an. Liverpool menjadi tim yang mengambil terobosan dan mengalahkan tim-tim terbaik Eropa dengan gaya dan idealis mereka yang berbeda dari klub Inggris lainnya. Di kandang, dominasi Liverpool pada akhirnya akan menjadi membosankan – dari segi positif – alias tidak terkalahkan.
Keegan-Toshack Mulai Membawa Liverpool Langganan Juara
Keegan dan Toshack memenangkan gelar liga pertama mereka bersama-sama pada tahun 1972/73 dan mencapai level baru dalam kompetisi Piala UEFA, yang akhirnya dimenangkan Liverpool di musim yang sama. Di final, Liverpool bertemu wakil Jerman Borussia Mönchengladbach yang diperkuat para pemain hebat seperti Bertie Vogts, Rainer Bonhof, Jupp Heynckes dan Günter Netzer. Para pemain dengan rambut pirang itu punya kenangan indah kala Jerman Barat mengalahkan Inggris dengan skor 3-1 setahun yang lalu sebelum final Piala UEFA 1973 dihelat.
Tetapi tim Jerman menghadapi tim Inggris yang benar-benar berbeda ketika menghadapi Liverpool dan leg pertama di Anfield, lagi-lagi memamerkan kemitraan luar biasa dari duet di lini depan, yakni Toshack dan Keegan. Umpan silang dari bek kanan Peter Cormack dilanjutkan dengan umpan menembus kotak penalti oleh pria bertubuh besar (Toshack) untuk kemudian diselesaikan oleh pria kecil (Keegan) dengan sundulan yang memukau. Kiper M’Gladbach kala itu, Wolfgang Kneib yang berada di bawah gawang terkesima seperti halnya para penggemar The Reds yang kemudian berteriak histeris di tribun.
Liverpool lalu menggandakan keunggulan mereka di menit ke-32 dan lagi-lagi berkat kolaborasi dua penyerang paling berpengaruh di era tersebut. Sebuah sundulan dari kepala Toshack yang diteruskan dengan tendangan voli oleh Keegan. Ditambah gol dari Larry Lloyd, Liverpool berhasil memenangkan pertandingan leg pertama final UEFA CUP dengan skor akhir 3-0. Leg kedua, Liverpool harus bertekuk lutut 2-0 di Jerman, namun secara agregat, mereka pun berhak mengangkat trofi Eropa pertama dalam sejarah klub mereka.
Setahun kemudian, dalam pertandingan resmi terakhir Shankly sebagai pelatih, Liverpool yang finish di posisi runner-up Liga Inggris, sukses memenangkan Piala FA kedua dalam sejarah mereka. Dalam kemenangan 3-0 atas Newcastle di Wembley Stadium, Keegan mencetak dua gol dan sebuah umpan dari Toshack membuat Heighway menambah satu gol.
Shankly sendiri, sudah seperti seorang ayah bagi pasangan duet Keegan-Toshack ini. Namun dirinya membuat kejutan saat mundur dari dunia sepak bola setelah musim yang campur aduk. Tidak butuh waktu lama untuk pasangan duet tersebut untuk membantu manajer klub yang baru, yakni Bob Paisley. Pada tahun 1975/76, Keegan dan Toshack sukses membantu Paisley meraih gelar pertamanya dari total enam gelar yang dimenangkan selama mengasuh Liverpool. Begitu juga, Piala UEFA kedua juga dimenangkan Liverpool, berkat Keegan dan Toshack.
Pada leg pertama semifinal Piala UEFA 1975/76, Liverpool lagi-lagi mencetak rekor bersejarah sebagai klub Inggris pertama yang mengalahkan Barcelona 0-1. Sementara itu, di leg kedua di Camp Nou, pertandingan berlangsung ketat dan berakhir imbang 1-1. Satu-satunya gol yang dicetak oleh The Reds dicetak oleh Philip Bernard Thompson. Berkat skor agregat 2-1, Liverpool berhasil melenggang ke final dan mampu mengalahkan wakil Belgia, Club Brugge yang masih berlangsung dua leg, dengan skor agregat 4-3. Keegan mencetak satu gol di masing-masing leg, yang mana leg pertama berakhir dengan skor 3-2 sementara leg kedua berakhir imbang 1-1.
Kembali ke liga domestik, perebutan gelar juara Liga Inggris 1975/76 benar-benar sengit dengan pemenangnya harus ditentukan hingga matchday terakhir. Liverpool yang matchday terakhir harus bertamu ke Wolves menargetkan kemenangan harga mati. Namun sialnya, saat pertandingan tersebut menyisakan 15 menit lagi, The Reds masih tertinggal 1-0 dan QPR hampir dikatakan juara kala itu. Namun menit-menit terakhir, The Kop bersorak-sorai saat Keegan-Toshack kembali menunjukkan duet luar biasa mereka. Keegan mencetak gol menit ke-76 berkat umpan dari Toshack. Kemudian gol kedua terjadi berkat sontekan dari John Toshack saat laga menyisakan lima menit lagi. Ray Kennedy yang menjadi pengumpan gol Toshack juga ikut serta mencetak gol di menit ke-89. Liverpool menang 3-1 atas Wolves dan menyabet gelar juara Liga Inggris 1975/76.
Berkat perannya yang besar dalam gelar juara Liga Inggris yang diraih Liverpool, Keegan pun dinobatkan sebagai Pemain Terbaik Musim 1975/76 oleh asosiasi reporter olahraga Inggris. Sementara Toshack harus terus-menerus diganggu oleh cedera yang terbukti mampu mengakhiri karir besarnya di Liverpool.
Akhir dari Duet Keegan dan Toshack di Liverpool
Namun, di musim 1976/77, alias tahun terakhir Keegan dan Toshack bermain bersama, mereka lagi-lagi mengukir sejarah untuk Liverpool. Mereka berhasil membantu klub memenangkan gelar Liga Inggris (First Division) ke-10, sebuah rekor baru yang belum pernah dimenangkan oleh tim manapun.
Setelah gelar liga, The Reds harus meringis pedih ketika menelan kekalahan 1-2 di final Piala FA dari rival abadi mereka, Manchester United pada 21 Mei 1977. Namun empat hari kemudian, Liverpool bangkit kembali ketika mereka lagi-lagi berhadapan dengan wakil Jerman, Borussia Monchengladbach di final Piala Eropa (European Cup). Bermain di tempat netral, yakni Stadio Olimpico Rome, The Reds mampu menang 3-1 berkat gol-gol dari Tarence McDermott, Thomas Smith dan penalti Philip George Neal. Gol penalti Neal juga berkat aksi lincah dari Keegan yang memaksa bek Gladbach melanggarnya di kotak terlarang. Ini merupakan pertandingan kompetitif terakhir Keegan bersama Liverpool.
Pada tahun terakhir Keegan-Toshack bermain bersama ini, sebenarnya mereka meninggalkan kesan yang sangat indah kala berhadapan dengan Saint-Etienne di perempatfinal Piala Eropa. Keegan seperti biasa bekerja sama dengan Toshack untuk menghasilkan gol pertama di leg kedua, menit kedua. Dua gol tambahan lainnya dari David Fairclough dan Ray Kennedy melengkapi kemenangan 3-1 untuk The Reds. Mereka berhasil ke babak semifinal dengan skor agregat 3-2, setelah kalah 0-1 di markas Saint-Etienne.
Meski pun Toshack tidak bermain semenit pun di final di Stadio Olimpico Rome, musim ini bisa dibilang menjadi penutup yang komprehensif untuk mengakhiri duetnya bersama Keegan. Nama terakhir itu pun pergi ke Hamburg, sementara Toshack gabung Swansea.
Meski Liverpool memang secara terus-menerus selalu punya duet penyerang yang luar biasa, bahkan beberapa lebih baik, Keegan-Toshack tetap menjadi referensi yang luar biasa yang pernah terjadi di Anfield. Sangat disayangkan, bahwa sepak bola Inggris sepertinya masih harus menunggu lama untuk duet penyerang seperti Keegan dan Toshack, si kecil dan si besar yang konsisten bermain apik selama enam musim beruntun.
Comment