Kelincahan, kemampuan membaca permainan dan perhatiannya yang luar biasa terhadap detail telah membuat Ray Clemence menjadi salah satu penjaga gawang terhebat, bukan hanya pada zamannya, tapi juga di sepanjang sejarah sepak bola.
Dulu, sepak bola Inggris memiliki sosok pria tangguh yang mampu mengatur pertahanan dengan sangat percaya diri, menyelamatkan tim dari situasi sulit, tidak tertembus sebagai kiper disertai bakat alami untuk menghentikan bola masuk ke gawangnya. Dari tribun belakang gawang, fans akan membaca nama ‘Clemence’ di punggung sang kiper. Ya, dia adalah kiper unik dan langka bernama Raymond Neal Clemence.
Biasa ditulis Ray Clemence, kiper tangguh yang lahir pada 5 Agustus 1948 di Skegness, Inggris telah menjadi kunci kesuksesan dari tim Liverpool yang melegenda dengan pelatih hebat Bill Shankly dan Bob Paisley pada medio 1970-an dan awal tahun 1980-an. The Reds mampu dibawanya menyapu bersih kemenangan di dalam dan luar negeri, sebelum pergi dan menikmati lebih banyak kesuksesan bersama Tottenham Hotspur.
Kegemilangan Ray Clemence, Kesuksesan untuk Liverpool
Clemence muda ditemukan oleh manajer Liverpool Shankly saat bermain untuk Scunthorpe United. Akhirnya setelah direkomendasikan sang manajer langsung kepada manajemen, klub mau menggelontorkan uang transfer senilai 18 ribu pound sterling pada bulan Juni 1967.
Awalnya Clemence sebatas hanya sebagai pengganti kiper veteran Tommy Lawrence. Namun dia menjadi pilihan pertama setelah Shankly memutuskan untuk mengganti para pemain tua di Anfield usai kekalahan telak di perempat final Piala FA di Watford, klub papan bawah Divisi Dua pada Februari 1970. Ini adalah awal dari sebuah karier yang memastikan Clemence dianggap sebagai penjaga gawang terbaik Liverpool sepanjang sejarah.
Tanda-tanda pertama dari perombakan tim yang sangat sukses di tahun 1960-an terlihat ketika Liverpool yang baru, mencapai final Piala FA 1971. Namun pencapaian ini ternyata hanya untuk kalah dari Arsenal yang keluar sebagai juara Piala FA. Tapi Shankly tetap meneruskan revolusi tim di tahun-tahun berikutnya dengan Clemence sebagai orang terakhir dalam formasinya, yang tidak tertandingi, memiliki kualitas tak ternilai mengatasi periode transisi dengan mempertahankan konsentrasinya untuk melakukan penyelamatan-penyelamatan penting yang menentukan kesuksesan Liverpool di masa itu.
Akhirnya tim asuhan Shankly memenangkan gelar juara Liga Inggris dan Liga Europa pada musim 1972/73, sebuah gelar double yang mereka ulangi di musim 1975/76. Dua kemenangan di Eropa diraih atas Borussia Monchengladbach dan Club Brugge, dua tim yang menjadi korban atas kegemilangan kisah Clemence dan Liverpool pada akhir dekade 1970-an.
Piala FA disegel dengan kemenangan meyakinkan 3-0 atas Newcastle United pada 1974. Itu adalah awal, yang kemudian diakhiri dengan ‘cawan suci’ yakni Liga Champions yang akhirnya dimenangkan pertama kali pada 1977 dengan kemenangan 3-1 di final atas Borussia Monchengladbach di Kota Roma.
Di musim bersejarah itu, Liverpool sudah memenangkan gelar juara Liga Inggris sekali lagi, namun diakhiri dengan kekalahan final Piala FA dari rival abadi Manchester United. Kekalahan itu terjadi persis sebelum final Liga Champions yang mereka menangkan. Dalam prosesnya, Clemence membangkitkan semangat rekan-rekan setimnya dengan memimpin nyanyian penuh semangat yang menunjukkan kualitas kepemimpinan dan optimismenya.
Ya, Clemence memang sering kali lebih antusias bermain di depan gawang daripada di posisi yang biasa dia mainkan ketika sedang latihan, sebagai penyerang fisik. Namun dia merupakan seorang yang perfeksionis dalam laga-laga penting, dan Shankly, secara ceplas-ceplos, berulangkali menyebut Clemence sebagai yang terbaik di dunia.
Akhirnya Clemence memenangkan dua trofi Liga Champions lagi, menghadapi Club Brugge pada 1978 di Wembley dan Real Madrid pada 1981 di Paris. Sebelum Clemence mengejutkan Liverpool dan para fans dengan keputusan gabung Spurs beberapa pekan setelah kemenangan di Paris. Ketika dia pergi dari Liverpool, dia mewariskan catatan lima gelar, tiga trofi Liga Champions, dua Liga Europa, Piala Liga Inggris dan Piala FA dalam total 665 penampilan di tim utama.
Juga Sukses Menjaga Gawang Tottenham Hotspur
Pada musim pertamanya usai memutuskan hubungan yang sudah lama terjalin di Anfield, Clemence memang tidak bisa langsung merasakan kembali kesuksesan yang dia rasakan bersama Liverpool. Di final Piala Liga Inggris, dia harus melihat tim barunya Tottenham Hotspur kalah dari mantan timnya itu. Namun pertama kalinya dia ke Anfield sebagai kiper Spurs, para penggemar Liverpool menyambutnya dengan meriah pada Mei 1982. Momen ini bahkan diabadikan lewat sejumlah video yang ada di internet sekarang ini.
Kemenangan 3-1 Liverpool pada hari yang emosional itu memastikan gelar juara lainnya, namun Clemence, pemain yang menikmati semua kejayaan dalam waktu yang lama itu, melihatnya sebagai orang luar pertama kalinya. Di bawah mistar gawang Liverpool, Clemence melihat Bruce Grobbelaar yang didatangkan pada 1981, telah mengambil alih tempat yang cukup lama dia kuasai.
Namun momen tersebut dengan segera dilupakan oleh kiper yang sekarang jadi andalan Tottenham itu. Dia tidak perlu menunggu lama, hanya sepuluh hari setelah perayaan gelar Liga Inggris Liverpool, ketika Tottenham memenangkan trofi Piala FA usai menang dalam laga ulang kontra Queen Park Rangers di Wembley.
Spurs yang tampil bagus di musim-musim berikutnya memang belum mampu menjuarai liga. Namun masih ada perayaan gelar juara lainnya, ketika mereka memenangkan Liga Europa 1983/84 lewat adu penalti menghadapi Anderlecht, Clemence yang duduk di bangku cadangan karena cedera, langsung berlari merayakan kesuksesannya di Eropa, sekali lagi.
Clemence kemudian juga menjadi penjaga gawang Spurs di final Piala FA 1987 yang dramatis, di mana timnya harus kalah 3-2 dari Coventry City. Setelah itu, nahas baginya, cedera tendon achilles yang dideritanya di tahun yang sama, kembali kambuh dan mengakhiri karirnya sebagai pemain.
Pensiun, Lalu Aktif di Staf Kepelatihan Spurs dan Inggris
Dia memang dianggap sebagai salah satu kiper terbaik dunia untuk waktu yang lama di puncak karirnya. Tapi karirnya di level internasional alias bersama tim nasional Inggris, diawali dengan kurang baik, ketika dia pertama kali bermain di tim senior Inggris saat Kualifikasi Piala Dunia 1974. Dia memang bermain sangat baik hingga clean sheet saat Inggris menang 1-0 atas Wales di laga pertama kualifikasi Piala Dunia 1974.
Namun pada saat itu, Inggris harus menemui kegagalan ke Piala Dunia berturut-turut pada tahun 1974 dan 1978. Ketika Piala Dunia 1982 tiba, manajer Greenwood yang bertahun-tahun dinilai ragu oleh publik, bahkan suka gonta-ganti susunan pemain di Euro 1980 Italia, akhirnya memilih kiper utamanya Shilton. Dia meninggalkan Clemence sebagai kiper cadangan yang tidak terpakai.
Dia terakhir kali bermain untuk Inggris senior pada November 1983 ketika usianya menginjak 35 tahun. Kala itu, Inggris menghadapi Brasil di Luksemburg dalam ajang persahabatan di mana Clemence menjadi kapten.
Setelah pensiun sebagai pemain, Clemence kemudian menghabiskan beberapa tahun di staf kepelatihan Spurs bekerja sama dengan mantan rekannya di Liverpool Doug Livermore untuk tim utama. Setelah itu, dia sempat menjadi manajer untuk klub gurem bernama Barnet.
Di tahun-tahun terakhir karirnya, Clemence tetap dikenal sebagai sosok populer dan berpengaruh. Bahkan dia juga sempat menjadi staf pelatih tim nasional Inggris, menjadi pelatih kiper selama beberapa tahun di bawah asuhan manajer Glenn Hoddle, Kevin Keegan, Sven-Goran Eriksson, Steve McClaren, Fabio Capello, dan Roy Hodgson.
Atas jasa-jasanya di dunia sepak bola Inggris, Clemence pun dianugerahi MBE oleh kerajaan pada tahun 1987. Dia sangat dihormati oleh para pelatih dan pemain Inggris karena keahlian dan nasihatnya yang menenangkan ditambah karirnya yang cemerlang, hingga pensiun dari dunia kepelatihan pada 2013 silam.
Ray Clemence meninggal dunia pada 15 November 2020 setelah 15 tahun berjuang dengan kanker prostat. Dia akan dikenang sebagai salah satu tokoh paling penting dalam sejarah Liverpool FC, serta untuk karirnya yang bertahan lama yang juga membuatnya bermain dan bekerja dengan sangat baik untuk Spurs dan Inggris.
Comment