Pada akhir musim 2008/2009 yang luar biasa dan sempurna, Barcelona seolah berdiri sendiri jauh di depan para pesaing mereka. Juara Liga Spanyol, Copa del Rey dan Liga Champions, mereka menjadi sebuah tim yang menuai kesuksesan yang jarang terlihat di dunia sepak bola. Menampilkan perpaduan yang tak terbantahkan antara bakat, keterampilan dan semangat, Barcelona seperti sudah tiba di Tanah Perjanjian mereka. Dan mereka melakukannya di bawah visi besar dari salah putra lokal mereka, Pep Guardiola.
Ya, itulah sifat magis yang menghancurkan ekspektasi dari musim perdana Guardiola di Camp Nou. Secara praktis dia diberi kebebasan untuk turun langsung ke bursa transfer melihat pemain manapun yang dia inginkan. Yang dia lakukan adalah merekrut Zlatan Ibrahimovic, hadiah dari klub yang rela menggelontorkan uang senilai 59 juta poundsterling untuk Guardiola karena telah menggulingkan Real Madrid sebagai raja Spanyol dan Manchester United di final Liga Champions.
Yang terjadi selanjutnya sangatlah terkenal, ketika hampir semua fans di seluruh dunia mengetahui perselisihan Ibrahimovic dan Guardiola. Yang membuat striker legendaris Swedia itu keluar dari Camp Nou hanya 12 bulan kemudian, dengan dipinjamkan ke AC Milan. Masalah dan kepergiannya dari Barcelona menutupi perginya Dmytro Chygrynskiy, yang anehnya sama seperti kasus Ibrahimovic di klub. Chygrynskiy adalah kesalahan transfer Guardiola yang lain di musim panas itu, gelandang tengah asal Ukraina yang gabung Barcelona dengan biaya 20 juta poundsterling. Namun, tidak banyak yang menyambut sosok berambut gondrong beraksen ini, yang beberapa saat kemudian, dia menjadi salah satu transfer terburuk klub dalam sejarah.
Namun jika kita mengulik kisah hidup Chygrynskiy, dia layak mendapatkan lebih dari yang dia alami di Camp Nou. Dia memang bukan pemain bertahan yang hebat, tapi dia juga korban dari keadaan. Chygrynskiy juga bertentangan dengan klub, sehingga dijual kembali ke Shakhtar Donetsk dengan harga 15 juta poundsterling, setelah hanya mencatat 851 menit bermain di Barcelona. Guardiola sebenarnya melihat banyak hal menjanjikan dalam diri Chygrynskiy, namun presiden klub kala itu, Sandro Rosell, tidak terpengaruh dan meminta sang pemain dijual kembali karena kesulitan ekonomi yang melanda Barcelona.
Kembali ke negara asalnya dengan reputasinya sebagai bek yang sedang naik daun, tentu kita bertanya-tanya bagaimana karirnya akan berjalan seandainya Guardiola diberi waktu untuk bekerja sama lebih lama dengan sang pemain. Sebaliknya, kita hanya melihat karir Barcelona yang tidak pernah ada dan karir yang tidak akan kembali seperti semula.
Dmytro Chygrynskiy Disebut Bertalenta Sejak Belia
Chygrynskiy, seorang pria dengan rambut yang terurai ke bawah dan nama belakang yang sering bikin penulis salah ketik, memantapkan dirinya sebagai talenta baru di Shakhtar sebelum dia melewati usia 20-an. Dia melakukan debutnya di skuat senior Shakhtar pada usia 17 tahun, lalu memulai masa peminjaman yang produktif di Metalurh Zaporizhzhya yang membantu mengasah kemampuannya yang masih muda menjadi pemain kunci di skuat senior.
Chygrynskiy sudah terjun dalam persaingan ketat di Shakhtar dan bisa dimaklumi, ia merasa kesulitan. Debut seniornya bahkan tiba di panggung Liga Champions menghadapi Barcelona di tahun 2005, yang mana dia merasa gugup. Manajer Shakhtar kala itu, Mircea Lucescu, mengaku bahwa waktu Chygrynskiy untuk ‘meledak’ sudah dekat, tapi kedua belah pihak harus bersabar. Peminjaman ke Metalurh menjadi langkah tepat yang membuahkan hasil.
Selama musim 2006/07, Chygrynskiy akhirnya memastikan posisinya di jantung pertahanan tim asuhan Lucescu yang juga dihuni oleh Fernandinho, Darijo Srna dan Elano. Meski Shakhtar tidak memenangkan satu gelar pun di tahun itu, Chygrynskiy menjadi kapten tim di final piala domestik yang berakhir kalah 2-1 dari Dynamo Kyiv. Setelah serangkaian penampilan impresif, namanya mulai sering dibicarakan oleh para pemandu bakat Eropa. Selama musim 2007/08, pengaruhnya terus berkembang saat Shakhtar memenangkan gelar liga dan piala, bek tengah ini mengalami ‘penebusan dosa’ yang manis dengan kemenangan di final piala atas Dynamo, di mana ia dinobatkan sebagai pemain terbaik.
Dalam tim Shakhtar yang penuh dengan talenta-talenta Brasil yang juga menarik, Chygrynskiy terus memancarkan kewibawaan dan kehandalannya di lini belakang, dan terus mengundang decak kagum dari para peminat. Dia menolak tawaran dari seluruh Eropa untuk terus bersama Shakhtar pada musim 2008/09, menyadari bahwa belum waktunya untuk pergi dari klub sepak bola sebagai pemain inti di bawah asuhan Lucescu. Pada musim terakhirnya, Chygrynskiy membantu Shakhtar meraih gelar Liga Europa, mengalahkan Werder Bremen di partai final.
Namun, di kompetisi yang lebih besar dari kompetisi tersebut, Liga Champions, Chygrynskiy berhasil menarik perhatian calon pelatihnya di Barca. Shakhtar finis di posisi ketiga di grup Liga Champions, di belakang Barcelona dan Sporting CP, namun Chygrynskiy tampil mengesankan dalam dua laga melawan tim asuhan Guardiola. Pada laga terakhir grup, di Camp Nou, Barca menurunkan tim yang lebih lemah karena telah dipastikan lolos ke babak 16 besar, sementara Shakhtar mengejar posisi ketiga untuk terlempar ke 16 besar Liga Europa. Chygrynskiy secara oportunis memperlakukan pertandingan ini sebagai sebuah audisi. Pada saat itu, ia sadar akan meningkatnya ketertarikan terhadap dirinya dan tahu bahwa penampilan yang kuat melawan tim sekelas Barca akan sangat membantu.
Dia berhasil melakukan hal itu. Shakhtar memenangkan pertandingan dengan skor 3-2, namun Chygrynskiy meninggalkan kesan yang membekas bagi Guardiola, yang menjadikan bek muda ini sebagai target transfer utama pada musim panas itu. Guardiola menginstruksikan direktur olahraga Barcelona, Txiki Begiristain, bahwa ia menginginkan pemain yang bisa menjadi pelapis bagi Gerard Pique dan Carles Puyol di lini pertahanan. Sehingga sang eksekutif pun bertindak sesuai dengan yang diinginkannya dan mulai meletakkan tawaran untuk transfer tersebut.
Chygrynskiy bermain melawan Barcelona di Piala Super Eropa 2009, yang dimenangkan oleh gol Pedro di babak perpanjangan waktu, namun itu menjadi laga terakhirnya. Transfer pemain berusia 22 tahun itu ke juara Eropa yang baru saja dinobatkan itu telah disepakati sebelum pertandingan, tetapi, untuk memberi Chygrynskiy satu pertandingan terakhir – atau begitulah yang ia pikirkan – dengan seragam Shakhtar, transfernya baru diselesaikan setelah pertandingan. Setelah diberikan kesempatan untuk bermain bersama Shakhtar, transfer Chygrynskiy ke Barcelona pun diumumkan. Guardiola telah mendapatkan pemainnya. Mengingat musim yang baru saja diselesaikan oleh Blaugrana, mereka berhak untuk mengejar pemain bertahan manapun, namun sang pelatih visioner telah menegaskan keinginannya untuk mendapatkan Chygrynskiy.
Kedatangan Chygrynskiy ke Barcelona Tidak Sesuai Ekspektasi
Pada saat itu, transfer tersebut tampak seperti sebuah bisnis yang hebat. Rafael Márquez yang mulai menua dan rentan terhadap cedera, membuat lini tengah pertahanan menjadi area yang sangat membutuhkan perhatian untuk mesin penghasil trofi yang apik dari Guardiola. Chygrynskiy juga terlihat sesuai dengan kebutuhan Guardiola; cerdik, memiliki kemampuan teknis dan nyaman dengan bola di kakinya, prospek pasangan ini untuk bekerja sama tampaknya akan membuahkan hasil di tahun-tahun mendatang. Namun, sepak bola jarang sekali bebas dari komplikasi.
Dengan rambut yang menjuntai di bawah bahunya dan tubuh yang ramping, para penggemar Barcelona akan dimaafkan jika mengira bahwa mereka telah merekrut penyanyi utama dari band tribute Grand Funk Railroad, dan bukannya pemain bertahan termahal dalam sejarah klub. Seorang pemain bertahan bertubuh besar dengan kaus kaki yang menggantung di betisnya dan punya tingkat intelektual tinggi, Chygrynskiy adalah prospek yang menarik bagi mereka yang tidak mengenalnya hingga saat itu. Namun, Guardiola tidak tertarik dengan penampilan luarnya. Sang pelatih justru mempelajari kemampuan sang pemain bertahan dalam membawa bola keluar dari lini pertahanan, kesadaran akan posisinya dan gaya yang sederhana dan tidak tergesa-gesa yang enak dilihat.
Dengan Piqué dan Puyol yang telah menjadi pilihan utama di lini pertahanan klub, Chygrynskiy masih jauh untuk merebut posisi salah satu dari mereka saat ia tiba. Namun bek muda ini terus berkembang di bawah asuhan Guardiola. Dia tidak memenuhi syarat untuk membela Barca di Liga Champions, tetapi itu tidak membuat Guardiola khawatir karena Chygrynskiy adalah prospek jangka panjang. Dia tidak mengharapkan pemain tim nasional Ukraina ini untuk meledak di lapangan, namun beradaptasi dengan budaya dan cara bermain yang baru dengan tujuan akhir menjadi penerus jangka panjang Puyol.
Chygrynskiy telah dikabarkan sebagai seorang pecinta musik jazz dan meskipun permainannya di Barcelona gagal mencerminkan nada-nada dari lagu “Kind of Blue” milik Miles Davis. Debutnya sejatinya cukup menggembirakan, dengan bermain selama 90 menit dalam kemenangan 2-0 di markas Getafe. Setelah pertandingan dan diwawancarai media, Chygrynskiy memberikan penilaian yang optimis dan girang mengenai pengalaman pertamanya bermain bersama pemain-pemain seperti Lionel Messi dan Andrés Iniesta. Dalam wawancara yang sama, Chygrynskiy mengungkapkan sekilas tentang salah satu dari sekian banyak masalah yang akan ia hadapi selama berada di Barca, yakni kendala bahasa.
Sebenarnya, bukan bahasa sehari-hari yang diucapkan yang membuat Chygrynskiy bingung, melainkan bahasa sepak bola Barcelona, cara para pemain mengomunikasikan cita-cita dan visi Guardiola ke seluruh dunia. Permainan kaki yang indah, umpan segitiga yang rumit, umpan satu-dua yang akurat – semua itu merupakan aspek-aspek dari simfoni sepak bola Barca yang gagal dipahami oleh Chygrynskiy. Guardiola terus bekerja di belakang layar dengan Chygrynskiy. Dia memberinya beberapa kesempatan bermain sebagai starter, yang sesekali diganggu oleh cedera ringan. Cedera ringan tidak cukup untuk menghancurkan kepercayaan diri sang pemain, namun siulan tanpa ampun dari para pendukungnya sendirilah yang menjatuhkannya. Ejekan demi ejekan datang dari para fans, seperti sebuah gelombang belati yang menghujam ke jantung, saat Barcelona kalah 2-1 dari Sevilla di Copa del Rey.
Dengan skor terkunci 1-1, Chygrynskiy berada di luar posisinya saat Diego Capel berlari melewatinya. Dengan penyerang Sevilla itu berlari ke arah gawang, Chygrynskiy menjatuhkannya yang menjadi pelanggaran dan memberikan lawan tendangan penalti. Eksekusi Alvaro Negredo berhasil membawa Sevilla memenangkan partai final Copa del Rey. Kejadian tersebut menjadi titik puncak kesabaran klub melihat bek muda yang tampil buruk, dengan beberapa operan tidak tepat dan tekel yang sia-sia di pertandingan itu. Para pendukung Barcelona pun merasa frustrasi yang langsung mengarah kepada Chygrynskiy.
Kepalanya tertunduk dan terlihat seolah-olah bumi menelannya. Guardiola seusai pertandingan membelanya dengan mengatakan semakin sering Chygrynskiy diejek, semakin besar pula dukungan yang akan diberikan. Guardiola bahkan menegaskan yang bertanggung jawab adalah dirinya, bukan pemain khususnya Chygrynskiy. Guardiola sekali lagi tidak banyak menyoroti penampilan buruk Chygrynskiy, namun malah sang pemain sendiri yang mengaku kesulitannya di Barcelona. Dia tidak menyangka bermain untuk Barcelona akan begitu sulit. Itu, mungkin, adalah sebuah bongkahan penilaian diri yang mengejutkan. Tidak menganggap kepindahan ke Barcelona sebagai tantangan terbesar sejak awal, mungkin bisa dibilang kesalahan fatal. Pernyataan seperti ini kurang lebih Chygrynskiy sedang menjelaskan bahwa mentalitasnya membuat kita menyimpulkan bahwa ia tidak siap untuk menghadapi kerasnya sepak bola elit.
Kendati begitu, Guardiola masih tidak senada dengan Chygrynskiy, dia masih menganggapnya pemain muda dengan prospek yang cerah. Sayangnya, dia tidak akan pernah diberi kesempatan untuk membuktikan kualitasnya. Beberapa bulan kemudian, Chygrynskiy pergi, dijual kembali ke Shakhtar. Guardiola tidak terlalu senang, namun Sandro Rosell, presiden yang menggantikan Joan Laporta, bersikeras bahwa menjual Chygrynskiy sangat penting untuk mendongkrak keuangan klub. Mengingat hubungan Chygrynskiy yang tidak harmonis dengan para fans, Rosell tahu bahwa tidak akan ada banyak air mata yang menetes atas kepergian sang pemain.
Dan begitulah yang terjadi. Chygrynskiy kembali ke Ukraina, tetapi tidak pernah membangun kembali dirinya dengan cara yang sama seperti saat ia masih membela Barca. Kini, dia bahkan sudah terdampar di Liga Yunani membela klub Ionikos Nikeas. Usianya sudah 36 tahun, peluangnya sangatlah kecil untuk melihat dia bisa kembali ke klub elite sebesar Barcelona.
Comment